Wednesday, December 10, 2014

Tentara Plus


PRAJURIT TNI tak harus identik dengan perang dan berwajah sangar. Pembantu Letanan Satu (Peltu) Dr H Rumadi, SE, SH, M.Hum membuktikannya. Selain menempa diri menjadi prajurit profesional, bintara tinggi berusia 49 tahun ini seorang ‘kutu buku’, ia pun sekarang merupakan satu-satunya bintara TNI AD di Jawa Timur yang bergelar doktor lantaran rajin sekolah.

Usai latihan tembak kemarin siang (9/12/14), Rumadi bergegas ke perpustakaan tempatnya berdinas di markas Ajudan Jenderal Kodam (Ajendam) V Brawijaya. Berkacamata bundar, ia serius membaca koleksi  yang tersusun di rak.  Itu adalah sebagian kecil potret kehidupan harian Rumadi.
Buku dan aneka bahan bacaan merupakan senjata kedua Rumadi. Makalah dan karya ilmiah selalu berada dalam tas miliknya. “Ini konsep  ilmiah milik saya. Ya di tas selalu ada (konsep karya ilmiah),” ucap  ayah tiga anak itu sembari membuka isi tasnya. “Saya juga bawa Alquran. Setiap hari pasti baca Alquran,” sambungnya.

Rumadi bisa dikatakan seorang prajurit plus.
Selain mengemban tugas sebagai Bintara Tinggi Urusan Seleksi Pendidikan (Batiseldik) Ajendam V Brawijaya, ia mengisi waktunya dengan studi.
Bahkan lebih dari separuh masa dinas militernya diisi dengan menyelami dunia ilmiah. Sejak pindah dari Korem 164/Wira Dharma, Timor-Timur (kini Timor Leste) ke Malang pada tahun 1991, Rumadi mulai tertarik menjadi mahasiswa. Ia kemudian kuliah S1 untuk gelar kesarjanaan ilmu ekonomi dan hukum.
Menyandang dua gelar sarjana S1, Rumadi semakin tertantang. Ia melanjutkan kuliah ke jenjang S2 hingga S3. Semua biaya pendidikan menggunakan uang pribadi. Jika ditotal,  dia sudah menghabiskan dana sekitar Rp 170 juta untuk biaya pendidikan.
“Hobi saya memang membaca. Saya menyukai dunia ilmiah karena itu saya selalu belajar dan kuliah,” katanya.
 Karena itu, kini Rumadi mulai mengincar menjadi guru besar atau professor. Untuk meraih guru besar, prajurit TNI AD yang berdinas militer sejak tahun 1984 dari jenjang tamtama itu memang harus diusulkan oleh perguruan tinggi, dan sejak lama Rumiadi memang menjadi dosen di beberapa kampus.
Untuk memuluskan niat menjadi guru besar, ia sekarang mulai membuat riset tentang kebijaksanaan yang diterapkan di internal TNI, ia juga rutin menulis karya ilmiah. Terbaru Rumiadi menulis tentang ‘Memahami 11 azaz kepemimpinan dan etika prajurit guna memantapkan sumber daya prajurit dan profesionalisme pimpinan satuan TNI’. Ada juga makalah yang dibuat sesuai situasi yang sedang terjadi. Misalnya tentang memperkuat kesatuan bangsa dengan meredam konflik TNI-Polri.
Rumadi memang spesialis menulis karya ilmiah tentang TNI. Disertasinya berjudul "Gaya Kepemimpinan Militer dalam Menegakkan Disiplin TNI (Studi perilaku sosial di Ajudan Jenderal Kodam V/Brawijaya). Disertasi di program doktoral Universitas Merdeka Malang ini menghasilkan nilai yang memuaskan. Rumadi meraih IPK 3,69.
IPK tinggi diraih dengan ketekunan. Saat masih bimbingan disertasi, Rumadi rela terbang ke Bali hingga datang ke Sidoarjo untuk menemui dosen pembimbing agar konsultasi tetap berjalan lancar.
Studi ilmiah untuk disertasi di tempat tugas sendiri, membuat pria pemegang lima lencana dinas militer ini harus mewawancarai komandannya kala itu, Kepala Ajendam V/Brawijaya, Kol CAJ Faizal Ahmadi.  Hal tersebut tentu hal yang langka di dunia militer pasalnya seorang bintara tinggi mewawancarai  perwira menengah.
“Kalau kapasitas saya sebagai prajurit tentu tidak bisa (wawancara atasan). Tapi ini saya sebagai mahasiswa. Ya komandan mengizinkan saya,” katanya. Pertanyaan kepada komandannya pun bersifat pribadi. Mulai dari sifat, sikap dan perilaku dalam membuat kebijakan.
Dunia ilmiah memang telah jadi ‘medan perang’ Rumadi. Bayangkan saja, sejak tahun 2000, ia sudah belasan kali mengikuti lomba karya tulis ilmiah (KTI) di lingkungan TNI. Tak sekadar ikut lomba, Rumadi juga menyabet juara. Di antaranya pernah juara II lomba KTI. Hasilnya dia mendapat piagam Panglima TNI. Tak sekadar karya ilmiah, buku juga jadi garapannya. Rumadi sudah menulis 20 buku untuk internal TNI dan pribadi. Di antaranya berjudul tentang TNI, birokrasi hingga HAM.
Dinas militer dan jadi kutu buku ternyata saling mendukung. Komandan Rumadi selalu memberi dukungan agar ia setia pada panggilannya sebagai prajurit yang juga menyelami dunia ilmiah.
“Agar tak menganggu jam dinas, saya biasanya memanfaatkan waktu istirahat dan malam hari,” terangnya tentang tips membagi waktu. Ia menekuni dunia ilmiah juga bukan tanpa alasan. “Sebagai prajurit, saya harus mendapatkan ilmu. Agar jadi prajurit profesional,” sambungnya.
Rumadi bagai tak kehabisan waktu. Dalam kesehariannya, ia juga  aktif di kegiatan sosial kemasyarakatan. Di antaranya sebagai ketua komite sekolah di SDN 1 Kesatrian, Koordinator Badan Keswadyaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Kesatrian dan juga Ketua RW 01, kelurahan Kesatrian.
Memiliki banyak ilmu, Rumadi tak mau ‘memakannya’ sendiri. Ia berbagi ilmu dengan menjadi dosen terbang di beberapa perguruan tinggi. Kini dia juga menjadi teladan bagi anak-anaknya yang juga hobi sekolah.
Putra pertamanya, Letnan Satu Inf Dian Nurhuda, SST. Han, SIP.  S.Sos. juga memilih tetap kuliah setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer (Akmil). Kini putra pertamanya itu menjadi Komandan Kompi (Danki) B Yonif 501 Kostrad di Madiun.
Putri keduanya, Andi Nur Rahman, Amd. Kep, S.Sos juga melanjutkan kuliah pasca tamat dari sekolah keperawatan. Sedangkan putri ketiganya sedang menjadi mahasiswi kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Universitas Jember. (van battu/han)
Sumber: www.malang-post.com/features/96151-bergelar-doktor-tiap-hari-baca-alquran

No comments:

Post a Comment

Sudah Saatnya Dilakukan Deradikalisasi di Tubuh TNI-Polri

D. Jarwoko Peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh anggota Jamaah JAD di Menes, Pandeglang beberapa hari lalu setidaknya membua...