Wednesday, December 3, 2014

PROFESIONALISME PIMPINAN SATUAN TNI



MEMAHAMI 11 ASAS KEPEMIMPINAN DAN ETIKA PRAJURIT GUNA MEMANTAPKAN SUMBER DAYA PRAJURIT DAN PROFESIONALISME  PIMPINAN SATUAN TNI
OLEH: DR. H. RUMADI SH, Mhum.


Seperti kita ketahui  makna kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.  Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Demikian juga pada organisasi TNI proses kepemimpinan sudah berlangsung sejalan dengan perkembangan organisasi, akan tetapi kepemimpinan senantiasa selalu menjadi topik kajian yang hangat, hal itu mencerminkan bahwa kualitas dan efektifitas kepemimpinan dari waktu ke waktu dituntut untuk selalu ditingkatkan agar tidak terjadi penurunan. Perwira sebagai unsur pimpinan pada organisasi TNI AD merupakan kunci keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas kemiliteran, hal ini disebabkan karena keputusan yang diambil oleh seorang Perwiralah menentukan berhasil atau tidaknya tugas yangharus dilaksanakan.

Memasuki era globalisasi yaitu era saling ketergantungan, yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana komunikasi dan interaksi serta perkembangan pesat di bidang tehnologi dan informasi, perubahan dan dinamika tersebut telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan termasuk tuntutan dan perkembangan komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan. Hal ini menuntut setiap perwira dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamis sehingga seorang Perwira sebagai pemimpin harus memiliki kualitas kepribadian yang mampu membangkitkan kekuatan emosional maupun rasional kepada anak buahnya didasari sifat-sifat adil, jujur dan berwibawa. Kualitas pribadi yang kuat terbentuk akan tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak akan menemui kesulitan dlam berinteraksi dengan keluarga, lingkungan sekitarnya maupun, hal ini karena didasari oleh sikap jujur dan tulus yang diberikan oleh seorang pemimpin akan membuat yang dipimpin bersikap terbuka kepada pimpinannya, sikap ini akan menimbulkan sikap saling percaya dari kedua belah pihak yang merupakan suatu batu loncatan untuk memulai suatu langkah dalam meraih tujuan secara bersama-sama dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan atau sebuah seni untuk mengarahkan dan mempengaruhi membutuhkan sebuah kepercayaan yang terbentuk dari sifat pengasih dan penyayang yang terdapat dalam setiap pribadi,  sehingga hal yang mendasar yang dibutuhkan seorang pemimpin adalah moral dan etika karena moral adalah suatu bentuk kepribadian yang dipunyai setiap individu berhubungan dengan perbuatan baik atau buruk yang sangat berpengaruh terhadap suatu kepemimpinan, sedangkan, etika adalah norma dan nilai yang dijadikan pedoman dalam proses interaksi manusia dalam bermasyarakat sebagai makhluk sosial. Dengan terpenuhinya hal tersebut dalam diri seorang pemimpin maka sebuah kepemimpinan yang handal dilingkungan TNI AD akan dapat terwujud sehingga seluruh tugas akan dapat diselesaikan.
Kendala dalam Pelaksanaan Kepemimpinan
Bagi seorang perwira atau seorang pemimpin bukan sebuah hal baru lagi jika merasakan banyak kendala dalam mencapai efektifitas kepemimpinan yang diharapkan, secara umum kendala itu adalah minimnya pembekalan perwira terutama bagi mereka para perwira muda yang  berasal dari D3 atau S1 secara formal. Kendala lain adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat yang tidak diimbangi dengan kemampuan seseorang, ataupun adanya kejenuhan karena terlalu lama berada di kesatuan.
Menyikapi hal tersebut sebenarnya TNI telah memiliki Prinsip-prinsip kepemimpinan militer, yang di kombinasikan dengan Prinsip 11 Azaz Kepemimpinan TNI, Kode Etik Perwira TNI,  Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit maka akan sangat membantu sebagai dasar pembinaan Kepemimpinan TNI, hanya saja pemahaman kepemimpinan pada TNI yang notabene adalah sebuah organisasi militer kadang menyebabkan prinsip-prinsip tersebut kurang bisa maksimal dilaksanakan. Bukan rahasia umum lagi jika dalam sebuah organisasi militer, gaya otoriter sangat mengakar dalam kepemimpinan, dalam gaya otoriter ini melekat sifat arogan dan harus dipatuhi sehingga terkadang terkesan seorang pemimpin adalah pemimpin bukan bagian dari tim atau organisasi. Selain itu hal tersebut juga berimbas pada mudahnya pemimpin untuk menyalahkan bawahan, dan menganggap dirinya lebih hebat yang mengakibatkan bawahan patuh bukan dari seni memimpin yang dipunyai seorang pemimpin tetapi lebih karena ketakutan. Jika ini terjadi hal yang fatal telah terjadi organisasi yang dipimpin tidak akan mampu berkembang, karena gaya memimpin yang tidak efektif.
Antisipasi Kendala Kepemimpinan
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut 11 Azaz Kepemimpinan TNI, Kode Etik Perwira TNI,  Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit harus dipahami benar-benar oleh setiap perwira, terlebih yang terkandung dalam 11 Azaz Kepemimpinan TNI yang dipakai sebagai dasar dalam melaksanakan pembinaan adalah Pepemimpinan Pancasila yang berisikan azas-azas sebagai  berikut:
11 Azaz Kepemimpinan TNI dan Perwujudan dalam Satuan
1.      Taqwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
Sebagai seorang warga negara Indonesia setiap prajurit TNI wajib memiliki satu agama yang diyakini. Setiap agama mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan hal-hal kebajikan dan meninggalakan hal-hal yang dilarang. Sebagai insan hamba TUHAN YME prajurit TNI wajib melaksanakan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA. Tindakan tersebut adalah wujud ketaqwaan kita kepada TUHAN YME. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan oleh pemimpin adalah dengan berperan aktif mengikuti kegiatan keagamaan di satuannya yang dapat menimbulkan efek positif bagi yang dipimpinnya.
2.      Ing Ngarsa Sung Tulada
Memberi suri tauladan di hadapan anak buah.
Sebagai pemimpin seorang prajurit TNI memiliki anak buah yang dipimpin untuk mengemban berbagai tugas yang diberikan oleh negara melalui institusinya masing-masing. Seorang pemimpin yang baik bukan hanya dapat memerintah tetapi yang paling utama adalah mampu untuk menjadi contoh, baik bagi anak buahnya maupun dilingkungannya. Seperti kita ketahui bersama salah satu filosofi kepemimpinan “THE BEST LEADER IS BY EXAMPLE”. Maka sebagai seorang pemimpin unsur utamanya adalah mampu untuk sebagai contoh bagi anak buah dan lingkungannya.
3.      Ing Madya Mangun Karsa
Ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.
Ikut serta dalam kegiatan di tengah-tengah anak buah dengan memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk menumbuh kembangkan bakat dan kemampuannya yang sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan. Tugas yang diberikan pada anak buah bukan hanya semata-mata merupakan beban tugas tanggung jawab ank buah saja. Sebagai seorang pemimpin juga harus menumbuhkan semangat, etos kerja dan dedikasi anakbuah yang dipimpinnya. Dengan tingginya semangat, dedikasi dan etos kerja, maka semua tugas yang diemban mampu untuk dilaksanakan.
4.      Tut Wuri Handayani
Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
Memberi dorongan dari belakang terhadap anak buah dengan terus menerus memelihara dan mengarahkan cita-cita, kemauan dan tekad yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan.  Bila contoh telah diberikan, semangat telah diwujudkan maka selanjutnya pemimpin tinggal memberikan dorongan, memonitor dan mengontrol satuan yang dipimpinnya. Pemimpin mengikuti perkembangan satuan yang dipimpinnya dan memberikan arahan seperlunya bila telah terjadi penyimpangan dari kebijakan yang telah digariskan.
5.      Waspada Purba Wisesa
Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak buah.
Selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah dengan mengetahui perkembangan keadaan dari apa yang dipimpinnya sehingga terbentuk kondisi kerja yang harmonis. Setiap personel prajurit dapat dipastikan memiliki permasalahan, seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi tersebut sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan setiap permasalahan anak buahnya. Dan dapat mengantisipasi agar segala sesuatu yang bersifat negatif dapat dicegah.
6.      Ambeg Parama Arta
Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
Pemimpin yang memiliki kemampuan menilai dan membuat skala prioritas dalam melaksanakan tugas. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas pada umumnya selain memimpin satuannya juga menerima berbagai beban tugas yang harus diseslesaikan. Sebagai seorang pemimpin yang bijak harus mampu memberikan skal prioritas terhadap setiap tugas yang ada. Sehingga seluruh tugas yang diberikan dapat diselesaikan dan kepemimpinannya tidak ditinggalkan
7.      Prasaja
Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
Diwujudkan dengan menunjukan sifat dan sikap kesederhanaan. Sebagai contoh bagi anak buahnya, seorang pemimpin secara performa , tindak tanduk dan perkataannya harus mencerminkan suatu kesederhanaan. Hal tersebut diwujudkan agar dalam dilingkungannya, baik lingkungan kerja atau lingkungan masyarakat dapat  mudah berinteraksi.
8.      Satya
Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping.
Hal ini bisa membentuk sikap loyalitas dengan bentuk disiplin yang tinggi terhadap tugas-tugas yang dikerjakan.  Loyalitas merupakan sesuatu hal yang mutlak bagi seorang prajurit dan hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Sumpah Prajurit ketiga “Taat kepada atasan….”. wujud loyalitas tersebut bukan hanya kepada atasan, tetapi loyalitas harus diwujudkan ke segala arah, baik loyalitas kepada atas, loyalitas kepada sesama rekan dan teman serta loyalitas kepada bawahan.
9.      Gemi Nastiti
Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
Pemimpin diharapkan mengawasi dan merencanakan penggunaan anggaran dan tenaga manusia secara efektif, efisien dan tepat guna. Sikap hemat sangat diperlukan pada setiap kedinasan. Lebih-lebih pada saat ini kemampuan anggaran negara dalam mendukung kebutuhan TNI sangat terbatas untuk itu harus disikapi dengan penghematan anggaran dan mengalokasikan anggaran sesuai kebutuhan yang tepat.
10.  Belaka
Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya.
Pemimpin diharapkan memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk bertanggung jawab dalam menggunakan rantai komando dengan sebaik-baiknya dengan memberikan wewenang yang diperlukan dan selalu melaksanakan pengawasan yang teliti terhadap pelaksanaan tugas. Sebagai seorang pemimpin rasa tanggung jawab merupakan hal yang mutlak dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terhadap setiap hal yang dipimpinnya.
11.  Legawa
Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan, pemimpin harus memiliki kemauan, kerelaan dan keikhlasan dalam menyerahkan tanggung jawab dan kedudukanya kepada generasi berikutnya dengan memberikan bimbingan bawahannya kearah peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan. Setiap roda perputaran organisasi selalu akan terjadi suatu regenerasi. Sebagai seorang pemimpin yang baik harus mempersiapkan bawahan ataupun yuniornya, untuk dipersiapkan menjadi calon pemimpin pengganti estafet kepemimpinan berikutnya. 
Selain penerapan 11 azaz kepemimpinan seorang pemimpin atau perwira juga dituntut untuk menjadikan kode etik perwira "Budhi Bhakti Wira Utama" harus menjadi nilai moral dan spiritual serta kuat melekat dalam jiwa untuk implementasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI dalam setiap pelaksanaan tugas        . Kode etik perwira "Budhi Bhakti Wira Utama" ini meliputi:
Budhi Bhakti Wira Utama
1.    Budhi, artinya Perwira TNI berbuat luhur, bersendikan :
      a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
      b. Membela kebenaran dan keadilan.
      c. Memiliki sifat-sifat kesederhanaan.
2.    Bakti, artinya Perwira TNI berbakti untuk :
      a.   Mendukung cita-cita nasional.
      b.   Mencintai kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.
      c.   Menjungjung tinggi kebudayaan Indonesia.
      d.   Setiap saat bersedia membela kepentingan nusa dan bangsa guna mencapai kebahagiaan rakyat Indonesia.
3.     Wira, artinya Perwira TNI adalah Kesatria :
      a. Memegang teguh kesetiaan dan ketaatan.
      b. Pemimpin (soko guru) dari bawahannya.
      c. Berani bertanggung jawab atas tindakannya.
4.     Utama, artinya Perwira TNI adalah :
      a. Penegak persaudaraan dan perikemanusiaan.
      b. Menjungjung tinggi nama dan kehormatan Korps Perwira TNI.
Pengetrapan Prinsip Kepemimpinan
Pemahaman dan praktek prinsip kepemimpinan merupakan suatu keharusan dan kepemimpinan seseorang tidak semata-mata tergantung dalam menggunakan asas dan prinsip kepemimpinan saja. Adapun Pengetrapan prinsip kepemimpinan ini meliputi:
1.      Pemimpin harus mahir dalam soal-soal tehnis dan taktis. Seorang pemimpin harus mampu membuktikan kepada satuannya. Untuk itu harus cakap memimpin dalam setiap bentuk operasi maupun latihan, demikian juga dalam aspek teknik dan administratif dari tugasnya. Pimpinan harus mampu memperlihatkan kecakapannya untuk menumbuhkan kepercayaan dan penghargaan bawahannya. Jika seorang pemimpin tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka anak buahnya akan kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya dan efektif atas satuannya akan hilang.
2.      Pemimpin mampu mengenali diri sendiri dan berusaha mengembangkan. Seorang pemimpin harus mampu menilai diri sendiri, mengenal dan menemukan kelemahan kekuatan yang ada pada dirinya. Usahakan untuk memperbaiki dan mengisi kekurangan tersebut dan pergunakan sebaik-baiknya kekuatan yang memiliki untuk mengatasi kelemahan yang masih dirasakan ada. Dengan mengenal dirinya sendiri serta pengenalan tingkah laku perorangan dan kelompok, pemimpin dapat mengevaluasikan tindakan-tindakan dan perasaan bawahannya.
3.      Pemimpin mampu memastikan bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan diselesaikan. Anggota bawahan harus mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu seorang pemimpin harus mampu memberikan perintah yang jelas, singkat dan tepat. Jangan memberikan perintah yang terlalu terperinci. Bawahan tidak menyukai pengawasan yang berlebihan dan menimbulkan gangguan dalam pelaksanaan tugas. Inisiatif akan berkembang bila mereka dapat mengembangkan teknik pelaksanaan tugasnya. Pemimpin harus yakin bahwa perintahnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan cara memeriksa dan mengawasi secara pribadi atau menggunakan saluran Pemimpin.
4.      Mampu mengenali anggota-anggota bawahan dan pelihara kesejahteraan mereka. Setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap kesejahteraan para anggotanya. Tugas mengurus mereka itu tidaklah ringan dan untuk itu harus selalu mengetahui keadaan bawahan sedalam-dalamnya. Pengertian yang baik akan keadaan anggota, mengenal langsung dan memahami benar – benar anggota, mengenal langsung dan memahami benar-benar kebutuhan fisik dan non fisik mereka, akan sangat berguna bagi perencanaan tugas-tugas yang akan datang serta mengetahui dan mengerti tentang perilaku individu dan kelompok, karena tanpa pengetahuan tersebut seorang pemimpin tidak akan mengerti “mengapa” bawahan tersebut berbuat sesuatu. Bilamana anggota mengetahui bahwa pimpinan memperhatikan kesejahteraannya, mereka akan bersikap yang memungkinkan tercapainya tujuan satuan.
5.      Usahakan dan pelihara selalu anggota mendapatkan keterangan yang diperlukan. Yakin bahwa tugas, keadaan, maksud dan tujuan dimasa-masa dekat diketahui oleh Staf, pemimpin bawahan dan anggota. Berikan penjelasan mengapa tugas itu harus dilaksanakan. Hal ini akan menumbuhkan inisiatif, meningkatkan kerja sama dan moril serta akan menunjukkan yang lebih baik terhadap pemimpin serta kesatuannya
6.      Pemimpin memberi tauladan dan contoh yang baik. Seorang pimpinan harus menjadi contoh yang baik bagi bawahannya dalam hal kepribadian, keberanian, pengetahuan administrasi, penguasaan profesi, penampilan diri dan keluwesan dalam pergaulan. Penampilannya akan jadi ukuran satuannya baik dari segi pribadi maupun profesi. Bila penam- pilannya tidak menyenangkan, maka hal itu akan merusak kepercayaan dan rasa hormat antara atasan bawahannya.
7.      Pemimpin mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan para anggota. Salah satu cara untuk menunjukan bahwa pemimpin memperhatikan kesejahteraan bawahan adalah dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan profesinya. Pendelegasian wewenang yang sepadan dengan tanggung jawab akan meningkatkan saling percaya dan saling hormat antara pemimpin dengan bawahannya
8.      Pemimpin mampu melatih anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak. Pada hekekatnya prinsip ini adalah salah satu tujuan daripada kepemimpinan terutama kepemimpinan Militer. Kerja sama tim ini merupakan kunci dari suksesnya tugas. Bawahan harus berlatih baik agar dapat menyelesaikan berbagai tugas. Tugas pemimpin adalah melatih anggota satuaannya, agar mereka memiliki kemahiran taktik dan tehnik serta dengan cara demikian mereka dapat bekerja sama dalam satuan tim, dengan kerja yang baik dan terkoordinasi dapat dikembangkan spontanitas dan kesatuan usaha dalam menghadapi keadaan yang kritis yang membutuhkan penyelesaian dengan segera.
9.      Pemimpin mampu membuat keputusan yang sehat dan pada waktu yang tepat. Pemimpin harus mampu membuat suatu perkiraan ke dalam secara tepat.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan pelbagai tindakan dengan memanfaatkan peluang yang timbul. Ia harus mampu mengambil keputusan tanpa ragu-ragu, rasa cemas atau takut, apabila harus menghadapi keadaan yang kritis, gawat ataupun yang tidak menguntungkan. Pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan yang tepat, tidak dapat mengerahkan satuannya dengan baik, keadaan itu akan menciptakan keraguan, hilangnya kepercayaan dan situasi yang tidak menentu dalam satuan.
10.  Pemimpin memberikan tugas dan kepercayaan kepada satuan sesuai kemampuannya. Untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, pimpinan wajib mengenal dan memahami kemampuan maupun keterbatasan yang dimiliki organisasi. Ia harus memberikan tugas yang sepadan dengan kemampuan yang dimiliki oleh kesatuan atau organisasi termasuk juga kemampuan dari masing-masing anggotanya. Anggota akan merasa puas bila diberi tugas yang wajar tetapi penuh tantangan dan akan merasa tidak puas bila diberi tugas yang mereka anggap terlalu mudah atau terlalau sukar dilaksanakan.
11.  Mampu mengambil inisiatif dan pikul tanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan. Sekalipun tidak ada perintah ataupun instruksi, seorang pemimpin tetap harus mengembangkan kepemimpinannya. Demikian pula pada suatu waktu ia harus melakukan tugas yang dikembangkan dari inisiatifnya sendiri yang biasanya meru-pakan kelanjutan atau penyempurnaan terhadap usaha yang dilakukannya berdasarkan tugas sebelumnya. Dengan mencari tanggung jawab maka ia berusaha mengembangkan diri secara profesional dan meningkatkan kemampuan kepemimpinannya.
Hanya pimpinan sajalah yang tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh kesatuannya. Oleh karena itu ia harus bersedia menerima tegoran, kritik ataupun pujian terhadap apa yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuannya.
Kondisi Kepemimpinan yang diharapkan
Pengetrapan atau Implementasi kepemimpinan tersebut diharapkan organisasi yang dipimpin dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga meskipun dalam sebuah organisasi militer anutan gaya kepemimpinan tidak lagi penuh secara otoriter dijalanlan oleh seorang pemimpin, dengan pemahaman dan penerapan azaz kepemimpinan yang benar serta kode etik perwira yang melekat pada diri pemimpin maka diharapkan akan:
Pemimpin tidak terkesan arogan
Pemimpim mempunyai visi bahwa memimpin adalah sebagai suatu keahlian seseorang untuk menggerakan orang lain agar mau melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Seorang pemimpin dapat membuat anak buahnya melakukan apa saja sesuai kehendaknya dengan mengancam akan memecatnya, tetapi cara-cara kasar seperti ini merupakan cara-cara yang sangat dibenci dan tidak sepatutnya karana gaya ini bukan tindakan kepemimpinan tapi aroganisme. Seorang pemimpin lebih baik membujuk anak buahnya untuk bekerjasama, karena begitu dia berhasil dibujuk, anak buah akan tunduk tanpa sadar, jika menakut-nakutinya, anak buah hanya bertahan selama anak buah takut, setelah itu berakhir. Sangat sering terjadi, seorang pemimpin tidak mau mempelajari ilmu kepemimpinan hanya karena ia telah menjadi seorang pemimpin, terlepas dengan cara apa ia berada di situ. Seorang pemimpin tidak cukup hanya percaya dan yakin bahwa apa yang anda lakukan selama ini telah benar tanpa mencoba bertanya. Kepemimpinan bukanlah gaya bebas, seorang pemimpin tidak boleh mengatakan “inilah gaya saya, ikuti saya, masing-masing kan punya gaya sendiri-sendiri.
Tidak diperlukan lagi menggerakan anak buah dengan ancaman namun dengan ilmu kepemimpinan yang merupakan seni. Seorang karena ilmu kepemimpinan adalah seni. Seorang pemimpin sering mengatakan kepada anak buahnya “kamu masih mau dinas dengan baik atau ingin saya pecat?”, pertanyaan tersebut mampu menggerakan anak buah dengan seketika, cara tersebut sampai dengan saat ini masih banyak ditemukan. Selain itu saat ini pula masih terdapat sikap seseorang pemimpin yang menganggap rendah, meremehkan, gampang marah tidak mau dikritik dan memperlakukan orang lain dengan sikap “saya adalah bos” dan anda hanyalah bawahan, hal ini masih tetap ada dan dirasakan pada bawahan. Ironisnya pemimpin hanya berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang dilakukan oleh orang-orang dekatny saja, mereka tidak pernah mengetahui akar permasalahan karena selalu berada dalam kondisi asimetrik informasi dan tidak mengetahui permasalahan secara jelas dan informasi seimbang. Suksesnya saorang pemimpin besar tercatat bahwa mereka bisa menjadi begitu hebat dan mampu mengukir sejarah adalah karena kebaikan sikap dan perilakunya. Pujian yang baik bagi pemimpin adalah pujian yang datangnya dari bawahannya, adlah mudah untuk dihormati dan dihargai oleh orang yang jauh dan jarang melihat kita. Pemimpin seharusnya menjadi pahlawan bagi atasan sekaligus bawahannya masu ingin saya pecatih, bukan menjadi pahlawan bagi atasan dengan cara menyakiti dan menghianati bawahannya.
Pemimpin mampu menempatkan diri sebagai bagian dari organisasi
Setiap orang memiliki potensi menjadi pemimpin yang baik, efektif,  bahagia dan membahagiakan orang lain. Kecenderungan manusia dibagi menjadi dua jenis yaitu pemikir dan pekerja, terkadang kita tidak bisa memilih untuk berada dimana. Tapi beranikah kita memilih pemikir lebih penting daripada pekerja, terkadang kita tidak bisa memilih untuk berada dimana. Tapi beranikah kita memilih pemikir lebih penting dari pada pekerja? Mungkin seorang bisa maju terus secara cemerlang sendirian untuk sementara, tetapi sejarah sukses mencata, kebanyakan pemimpin menjadi sukses karena didukung oleh tim yang solid. Kita tidak cukup hanya memiliki inteligensi akademis yang hebat saja, tanpa memiliki inteligansi sosial yang baik, atau kurang mempunyai kemampuan menjadi pendengar yang baik, menjaga perasaan orang lain dan siap menerima kritik. Orang yang memiliki inteligensi sosial tinggi mengakui dan menerima kesalahannya. Mereka mengetahui bagaimana caranya membina dukungan tim. Pemimpin yang baik sangat faham bahwa semua orang termasuk bawahan, kalau diperlakukan secara buruk, bisa menyulitkan pimpinannya. Sebuah organisasi yang mempunyai team work yang baik pada setiap levelnya, seolah-olah tidak mempunyai pemimpin, karena semua pemimpin telah menyebar pada setiap level organisasinya.
Tidak mudah Menyalahkan Anggota
Pemimpin yang benar-benar mampu memimpin akan berkata “saya tidak akan menyalahkan seseorang yang membuat kesalahan, tapi saya akan minta ia memperbaikinya”. Kegagalan adalah peluang untuk memulai lagi, dengan lebih cerdas. Semua kesuksesan berawal dari berani memulai. Orang yang takut gagal tidak akan pernah memulai. Tak ada satupun orang di dunia ini yang tak pernah melakukan kesalahn. Bawahan yang baik dan potensial harus tetap di dorong, dihargai dan diberi rangsangan agar bangkit dengan lebih baik ketika ia melakukan kesalahan. Setiapa orang pasti memberi respon yang baik terhadap harapan-harapan. Jika pemimpin memperlakukan bawahannya seolah-olah mereka mampu dan pintar, mereka akan bekerja dengan lebih baik lagi. Namun demikian pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tegas, mampu memiliki jiwa pemaaf yang sangat baik, seorang pemimpin tidak akan membiarkan bawahannya yang bermoral rendah yang dengan sengaja melakukan tindakan kejahatan.
Tidak memandang rendah bawahan
Pemimpin harus mulai mencoba mulai memikirkan dengan jernih siapa orang-orang yang dipimpin. Bukanlah mereka orang-orang yang sudah dewasa, bahkan usianya melebihi pemimpin? bukankah meraka juga manusia seperti dirinya yang punya harga diri bahkan pahlawan bagi keluarganya? bukankah mereka juga mempunyai suatu kelebihan, hanya saja pemimpin tak pernah mengakuinya? setiap bawahan pasti dapat dijadikan sebagai mitra pimpinan, ia akan muncul esok hariketika organisasi dipimpin oleh orang yang lebih baik dari diri pemimpin. Haruskah bawahan yang begitu hebat dan punya harga diri ketika diluar, kemudian tiba-tiba menjadi dungu bagai anak kecil penuh ketakutan ketika berada di kantor ? haruskah mereka kehilangan percaya diri dan merasa sangat rendah ketika berada di kantor, salahkah mereka kalau kemudian bawahan tidak mampu memberikan yang terbaik bagi organisasi? bukankah dengan begitu pemimpin yang menjadikan bawahan menjadi kerdil seperti itu ? Pada institusi TNI yang mengawaki adalah orang-orang pilihan karena menjadi prajurit TNI melalui seleksi yang sangat ketat, jika mereka tidak produktif tentu ada yang salah dengan kepemimpinan, dan itu pasti kesalahan dan tanggung jawab para pemimpinnya. Perlakukan bawahan-bawahan sebagai individu yang perlu dihargai dan diakui keberadaannya sebagai orang penting serta jangan sekali-kali meremehkan bawahan. Tempatkan bawahan sebagai manusia terlebih dahulu dan kemudian sebagai bawahan.
Menghargai dan selalu berpikiran positif terhadap bawahan
Menghargai orang lain mempunyai pengaruh besar, mengapa terkadang pemimpin terperangkap ke dalam kebiasaan merendahkan bawahan? Seorang pemimpin dalam situasi sulit terkadang menggunakan gaya kepemimpinan yang tak wajar, apakah sikap pemimpin seperti itu efektif ? karena pemimpin tersebut kecenderungan menyalahgunakan orang secara verbal dan berusaha menuntut untuk dihargai dengan memerintah bawahan dan bertindak sewenang-wenang. Bagi seorang pemimpin adalah jauh lebih efektif meminta bawahannya untuk melihat dirinya sebagai manusia biasa. Jika pemimpin memperlakukan bawahan dengan baik, mereka tidak akan mempersoalkan kekurangan-kekurangan yang dimiliki pemimpin. Mereka justru akan memberikan yang terbaik dari milik mereka demi pemimpinnya.
Meskipun bawahan dalam TNI lebih rendah dari pemimpin, dalam keterbatasan itu, mereka sangat mungkin menjalani hidup lebih baik dari pemimpin. Seringkali bawahan lebih ikhlas dalam melaksanakan tugass, berperilaku sopan, lebih mampu menahan amarah dan tidak serakah, mereka menyadari dalam kerendahan mereka harus menjalani hidup dengan benar. Jabatan adalah salah satu kenikmatan duniawi yang menggiurkan dan menyilaukan karena  menjanjikan kewibawaan, dan kekuasaan. Banyak orang yang berambisi untuk mendapatkannya, walau dengan berbagai cara yang tidak terpuji dan kadang merugikan orang lain. Setelah jabatan didapat dan kekuasaan ditangan, ia bebuat sewenang-wenang, tidak ada yang perlu ditakuti dan tidak ada yang berani memperingatkan. Ia menjadi angkuh, gampang marah, gampang menyiksa orang, boros dan serakah.
Penutup
Guna mewujudkan suatu bentuk kepemimpinan TNI yang mampu untuk secara profesional melaksanakan tugasnya, sehingga dapat mewujudkan citra positif TNI maka perlu adanya suatu proses pemahaman kepemimpinan TNI. TNI sebagai institusi sekaligus salah satu dari komponen bangsa, di dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara, diperlukan figur pemimpin yang mampu secara kualitas untuk mengelola organisasinya yang memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi unsur-unsur yang dipimpinnya, bijaksana dan mampu melihat jauh ke depan. Prajurit TNI dalam melaksanakan suatu bentuk kepemimpinan telah memiliki suatu pedoman yang jelas yaitu 11 asas kepemimpinan. Dalam realita pelaksanaannya masih banyak terdapat kekurangan. Perlu adanya suatu komitmen bersama dalam tubuh TNI untuk melaksanakan 11 asas kepemimpinan tersebut. Wujud dari komitmen tersebut diawali dari adanya suatu regulasi yang jelas terhadap pola kepemimpinan di TNI. Bila kesebelas asas tersebut mampu untuk dilaksanakan maka akan tercipta TNI yang profesional dan dicintai rakyat.
Akhir kata dengan berpegang teguh kepada 11 azaz kepemimpinan, kode etik Perwira dan junjung tinggi Sumpah Prajurit, Sapta Marga, serta Delapan Wajib TNI di setiap penugasan. Dan tampilkan keteladanan dalam sikap dan tindakan serta pertajam kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap kesulitan-kesulitan anak  buah dan dapat menempatkan diri sebagai sosok pemimpin yang dipercaya  dan menjadi panutan anak buah. Dengan semakin berkembangan yang ada sekarang ini maka seorang pemimpin harus punya sifat-sifat kepemimpinan yang dapat diterapkan di satuannya dan anak buahnya sehingga akan terjalin kerja sama untuk mencapai tujuan dinginkannya serta dapat mengikuti perkembangan jaman baik di dalam satuannya maupun dalam lingkungannya.
Referensi:

Walujo, D. A., & Subijantoro, D. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.

.

    


1 comment:

  1. snow peak titanium spork - TITanium Arts
    snow nier titanium alloy peak titanium titanium trimmer as seen on tv spork titanium engagement rings - 2020 ford ecosport titanium TITanium Arts - TITanium Arts. Online. TITanium Arts is titanium necklace mens a music company based in T-Mobile, and

    ReplyDelete

Sudah Saatnya Dilakukan Deradikalisasi di Tubuh TNI-Polri

D. Jarwoko Peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh anggota Jamaah JAD di Menes, Pandeglang beberapa hari lalu setidaknya membua...