TNI DAN PERKEMBANGAN INFORMASI TEKNOLOGI
Semakin pesatnya laju transisi bangsa Indonesia menuju kehidupan demokrasi dan tantangan global yang harus dihadapi oleh TNI AD sebagai pengawal kedaulatan NKRI, maka tuntutan profesionalisme TNI AD adalah suatu hal yang sudah tidak mungkin lagi dapat dihindari di semua jajaran TNI AD, untuk lebih profesional dan berkarakter sesuai dengan jatidirinya.
Dimasa sekarang ini perkembangan global telah memunculkan kecenderungan bentuk ancaman yang baru, sehingga para prajurit TNI AD diharapkan tidak hanya sekedar membaca fakta lapangan, akan tetapi harus dapat memahami medan perang yang kompleks. Jenis peperangan sekarang ini mengisyaratkan kemampuan untuk berpikir dan memahami isu-isu politik, ekonomi dan budaya pada beberapa tingkatan tertentu. Karena itu, dibutuhkan banyak kecerdikan untuk berpikir sekaligus bertindak, baik dalam diplomasi maupun berperang, karena beberapa situasi perang, tidak selamanya prajurit dihadapkan dengan penggunaan senjata semata, namun juga situasi politik, ekonomi dan budaya, seperti membangun sarana prasarana, berhadapan dengan penduduk lokal, bencana alam dan sebagainya.
Arus Globalisasi yang telah membawa sumber dan jenis ancaman baru bagi bangsa-bangsa di dunia. Perubahan sumber ancaman juga sekaligus menghasilkan paradigma perang masa kini yang meliputi perang otak, perang selisih keunggulan (brand power), perang informasi, perang daya cipta dalam percaturan ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan dan bidang budaya. Menyadari bahwa sumber ancaman telah berubah, maka TNI AD harus pula segera menyesuaikan dan mempersiapkan diri menghadapinya dengan cara memiliki daya antisipasi, membuat perkiraan-perkiraan strategis, dan merubah cara pandang atau mindset. Terlebih salah satu kemajuan terpesat adalah di bidang Teknologi Informasi, Kemajuan Teknologi Informasi (TI) membawa dampak yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat saat ini. Yaitu dapat merubah cara berorganisasi, merubah cara perdagangan antar perusahaan, mengubah cara pemerintahan dan negara bahkan mengubah cara untuk berperang.
Sudah bukan hal baru lagi penggunaan TI dalam sistem informasi modern memaksa pihak militer untuk meninjau kembali doktrinnya, sebab perkembangan teknologi informasi membawa perubahan mendasar bagi kepentingan intelijen, sistem pengintaian dan pengamatan, sistem komando dan kendali sehingga pola penataan strategis perangkat perang dalam perang modern perlu disesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi tersebut. Saat ini pemanfaatan teknologi informasi diberbagai kehidupan, khususnya dibidang militer perlu diantisipasi perkembangannya karena disatu sisi dapat membawa dampak untuk kebaikan tapi disisi lain berdampak untuk pengrusakan. Konsep-konsep pengrusakan pada sistem informasi inilah kemudian berkembang untuk dijadikan dasar bagi kepentingan perang informasi. Munculnya perang informasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, karena sifat penggunaan sistem secara bersama (sharing), sehingga memungkinkan pihak-pihak yang tidak berkompeten pada suatu sistem dapat melakukan akses ke pihak lain tanpa mengalami kendala. Seperti diketahui teknologi informasi merupakan perpaduan dari teknologi telekomunikasi dan computer. Dengan perkembangan kedua teknologi tersebut memungkinkan orang dapat berinteraksi dari satu tempat ke tempat lain tidak perlu melihat batasan wilayah ataupun negara. Permasalahan muncul ketika pemanfaatan teknologi tersebut digunakan untuk kepentingan yang tidak pada semestinya (diselewengkan) seperti pencurian data, perusahaan data bahkan penghilangan data milik orang lain.
Dewasa ini hampir seluruh sistem yang digunakan untuk kepentingan militer seperti komando dan kendali, intelijen, pengintaian dan pengamatan, bentuk platform persenjataan telah telah memanfaatkan kedua teknologi tersebut. Tentunya untuk menjaga faktor keamanan pada sistem tersebut perlu ada upaya untuk melindunginya terhadap pihak-pihak yang berupaya untuk mengacaukan sistem tersebut. Konsep perlindungan sistem perlu ditempuh mengingat sistem tersebut selain membentuk suatu jaringan juga memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang rawan terhadap gangguan penyadapan dan pengrusakan data pada saat terjadi proses interaksi. Mengingat lompatan kemajuan teknologi informasi demikian pesatnya, maka perkembangan kedua teknologi perlu disimak secara seksama sebagai bahan antisipasi dalam menghadapi perang informasi pada abad ini. Penguasaan perang informasi bagi suatu angkatan bersenjata mutlak diperlukan mengingat perang dimasa mendatang akan didominasi oleh strategi, teknik dan taktik pemanfaatan Perang Informasi. Seperti ada pepatah Siapa yang mengusai informasi, dialah yang akan mengusai dunia.
Sehingga arti perang dimasa kini dan dimasa mendatang merupakan perang modern yang cepat dan mematikan. Hal ini diperlukan kepekaan dan kecepatan dalam komando dan pengendalian. Pada era perang modern dituntut suatu pertahanan yang mendekati waktu nyata (real time) atas keadaan taktis dan mampu mengkomunikasikan secara on line ke seluruh unsur kekuatan pertahanan nasional yang ada. Perang modern juga menuntut suatu kesatuan komando yang jelas dan tertata rapi, dimana Panglima Tertinggi pemegang otoritas pertahanan harus dapat mengetahui situasi yang berlaku serta dapat mengambil keputusan secara tepat dalam waktu singkat.
Kemajuan Informasi Teknologi memberikan dampak kemudahan bagi manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. Informasi Teknologi (IT) ini dapat mengolah dan mendistribusikan informasi melalui jaringan telekomunikasi secara cepat serta membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia termasuk pada bidang pendidikan. Sistem IT ini dapat menggunakan teknologi elektronika digital seperti e-book, dan e-learning dimana teknologi ini memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis.
Bahkan E-learning atau pembelajaran secara meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Pada bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi.
Menghadapi hal ini prajurit TNI AD dituntut untuk secara terus menerus dapat profesional dalam melaksanakan tugasnya. Ini berarti bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan mempunyai peranan penting dalam membina prajurit-prajurit agar lebih professional dalam menjalankan tugasnya terkait teknologi yang semakin bertambah modern kedepan. Kondisi ini menuntut pula para tenaga pendidik di lembaga-lembag pendidikan dan pelatihan kemiliteran untuk terus mengembangkan kemampuan yang dimilikinya agar mampu memerankan tugasnya sebagai pendidik dengan optimal dan profesional sehingga hasil didik dapat sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Kita memang menyadari penguasaan Informasi dan Teknologi (IT) dari sebagian personel TNI AD saat ini belum maksimal dan masih perlu ditingkatkan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugasnya. Sudah selayaknya saat ini Personel TNI AD dituntut untuk dapat menguasai dan mampu mengoperasionalkan sarana teknologi yang dimilikinya.
Dari beberapa hal diatas diperlukan upaya-upaya yang mesti dilakukan untuk dapat mengoptimalisasikan kemampuan prajurit di bidang IT ini karena semakin ke depan perlalatan TNI akan semakin modern sehingga melalui peningkatan kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pembinaan di bidang IT bagi personel TNI dituntut agar memiliki sifat adaptif.
Penguasaan Informasi dan Teknologi (IT) dari setiap personel TNI di setiap satuan harus terus ditingkatkan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugasnya. setiap personel TNI di setiap satuan dituntut untuk dapat menguasai dan mampu mengoperasionalkan sarana teknologi yang dimiliki satuannya dalam menjalankan tugas pokoknya. Peningkatan penguasaan Informasi dan Teknologi (IT) ini dapat dilakukan melalui pendidikan-pendidikan dan penataran-penataran yang terkait dengan Informasi dan Teknologi (IT). Selain itu sewaktu-waktu juga para tenaga pendidik yang ada diadakan pengujian tentang pemahamannya terkait dengan Informasi dan Teknologi (IT) serta dapat pula dilihat dari hasil umpan balik dari peserta didik yang ada terhadap tenaga pendidik yang dioperasionalkan tersebut.
MEMBENTUK PRAJURIT TNI YANG PROFESIONAL DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL DI BIDANG IT
Penguasaan Teknologi informasi bagi prajurit di Satuan TNI Angkatan Darat (AD) sangat penting dan perlu, karena mau tidak mau dan siap tidak siap akan berhadapan dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di dunia kemiliteran. peranan pakar IT dalam dunia kemiliteran sangat penting juga untuk menangkal serangan dari luar. "Seperti kita ketahui, kemajuan dunia cyber khususnya untuk bidang militer sangat maju. Bagaimana negara-negara tetangga dan negara lain sudah sangat maju dalam bidang teknologi kemiliteran. Untuk itu kita juga perlu untuk menangkal serangan-serangan cyber dari luar," ungkap Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jendral TNI Budiman dalam keterangan persnya di Mabes AD, Jakarta, Jumat (16/5)
Terkait dengan profesionalisme dalam menghadapi tantangan global dalam bidang IT ini perlu kiranya dipahami arti dari Profesionalisme Militer adalah militer yang mempunyai pengetahuan, pendidikan, kemampuan, ketrampilan serta tanggung jawab di bidang pertahanan dan keamanan negara dari ancaman luar dan dalam negeri. Sehingga untuk dapat mewujudkan profesionalisme seperti yang dimaksud maka dibutuhkan seorang prajurit yang memiliki daya tempur yang handal, menguasai peranti keras dan lunak sesuai dengan keahlian yang disandangnya serta ditunjang dengan daya nalar / pikir yang baik sehingga mampu menjalankan setiap tugas yang diberikan dengan baik dan benar. Oleh karena itu sudah selayaknya menyangkut pembinan di Bidang IT ini mulai dilakukan pembenahan-pembenahan dan bentuk pembenahan ini akan lebih mudah jika dimulai dari pembenahan personelnya, karena pada dasarnya personel-lah yang menggerakkan organisasi. Untuk itu guna membentuk Prajurit Tni Yang Profesional Dalam Menghadapi Tantangan Global Di Bidang IT langkah yang dilakukan adalah
Peningkatan pendidikan Personel TNI AD
Pembentukan Profesionalisme prajurit khususnya dalam pembinaan di bidang IT ini dapat dibentuk melalui lembaga-lembaga pendidikan, selanjutnya di lakukan pembinaan di satuan dan diaplikasikan di daerah operasi. Keseluruhan siklus tersebut seharusnya dipelihara secara berkesinambungan dan dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan periodik. Setiap umpan balik dari suatu proses pembentukan, pembinaan maupun pengujian profesionalisme, secara intensif dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan mengacu pada sistem manajemen mutu pendidikan yang ditetapkan oleh TNI AD. Karena itulah, lembaga pendidikan merupakan pilar utama dalam pembentukan profesionalisme. Tetapi tidak dapat di pungkiri di bidang Penguasaan Teknologi ini dilihat dari kondisi obyektif pengembangan profesionalisme prajurit yang dilaksanakan di lembaga pendidikan belum optimal dan belum memadai. Hal ini dikarenakan dukungan-dukungan untuk melatih prajurit (Serdik) dalam latihan di lemdik masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Pembentukan prajurit profesional terutama dalam bidang pengenalan IT sejatinya bisa dimulai dengan mengoptimalkan Pendidikan, yang merupakan pilar dalam membentuk sumberdaya manusia yang mempunyai peran dan fungsi sangat menentukan dalam membentuk dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia prajurit agar memiliki kriteria profesional. Kemampuan personel yang mengawaki organisasi TNI AD sangat ditentukan oleh kualitas keluaran hasil didik dari setiap lembaga pendidikan militer yang ada di jajaran TNI AD.
Penyusunan kurikulum pendidikan khususnya yang berkaitan dengan masalah pengenalan IT maupun IT tingkat mahir belum mewadahi masukan dan evaluasi dari satuan-satuan yang berada di daerah operasi. Hal ini menuntut satuan-satuan yang ada di bawah memberikan input untuk penyempurnaan kurikulum pendidikan dan lembaga pendidikan juga tidak ada upaya untuk menjaring masukan dan kritikan dari satuan bawah. Mekanisme evaluasi dalam kajian dan pengembangan pendidikan seharusnya sudah melibatkan satuan-satuan Kotama dan satuan di daerah untuk memberikan input / masukan pada penyempurnaan kurikulum khususnya yang berkaitan dengan masalah IT.
Selain itu Personel TNI mulai dari sekarang harus mulai memahami apa yang dimaksud dengan IT hingga perang hibrida, bagaimana mengawaki Alutista untuk perang hibrida, bagaimana menghadapi cyber warfare dan perang informasi. Tuntutan kemajuan perang telah memaksa TNI untuk memiliki nonwar skills. Selain itu hubungan sipil dan militer perlu dilatihkan dalam wujud latihan yang terintegrasi, dimana dalam pola operasi yang dilakukan, instansi-instansi nonmiliter akan memberikan dukungan dalam bentuk personel, keahlian dan perlengkapan yang tidak dimiliki oleh TNI dalam menghadapi perang hibrida.
Perlunya Perubahan Doktrin
Doktrin TNI yang saat ini digunakan oleh TNI belum sepenuhnya menyiapkan TNI yang professional dalam bidang IT untuk menghadapi perang hibrida. Doktrin TNI Tridek 2012 menyesuaikan dengan amanat undang-undang dimana TNI disiapkan untuk melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Dalam Operasi Militer Perang TNI bertugas sebagai penangkal dan penindak terhadap negara agresor yang akan merebut kedaulatan negara. Sedangkan di luar situasi perang TNI akan melaksanakan 14 tugas OMSP yang berbeda. Posisi perang hibrida yang merupakan bagian dari Operasi Militer Perang belum masuk ke dalam ranah doktrin TNI dimana dalam perang hibrida di era globalisasi akan terjadi proses perubahan situasi perang yang terjadi semuanya akan serba cepat, serba tidak dapat diramalkan/unpredictable. Dalam doktrin TNI yang ada sekarang, masih cenderung menggunakan cara-cara konvensional yang banyak dipengaruhi oleh Clausewitz yang menekankan bagaimana kekuatan militer dikerahkan untuk segera menguasai dan menghancurkan Centre of Gravity (CoG) dari musuh yang benar-benar nyata dihadapi, keterangan intelijen yang akurat, disposisi musuh yang jelas serta kemampuan musuh yang terukur. Berbeda dengan konsep perang hibrida di mana kekuatan, kemampuan dan disposisi musuh sifatnya cenderung abstrak.
Perlunya Peningkatan Anggaran
Perkembangan IT yang mempunyai pengaruh pada personel TNI AD dalam penguasaan IT akan menunjang tugas TNI dalam menjaga kedaulatan dari Perang hibrida yang merupakan perang yang menggunakan peralatan serta teknologi yang canggih serta aspek-aspek lain seperti Nubika, perang informasi dan cyber warfare. Untuk dapat menyesuaikan diri kedalam situasi tersebut, maka dibutuhkan anggaran yang sangat besar karena perang hibrida bukanlah jenis peperangan yang dapat dihitung kapan periode mulai dan kapan selesainya. Strategi dalam perang hibrida dapat diasumsikan mirip dengan strategi perang gerilya yang protracted (berlarut) yang membutuhkan anggaran yang tidak sedikit karena perang hibrida tidak hanya melibatkan aspek komponen perang saja.
Modernisasi Alutsista
Peningkatan Profesionalisme prajurit di bidang IT dalam menghadapi tantangan global tentu saja harus didukung Alutsista yang lebih modern namun yang dimiliki TNI saat ini diprioritaskan untuk menghadapi perang konvensional. Belum disiapkan sepenuhnya untuk menghadapi perang hibrida yang situasinya lebih kompleks karena melibatkan unsur nubika, perang informasi, dan cyber war. Beberapa jenis persenjataan yang memiliki teknologi yang tinggi digunakan untuk menghancurkan sasaran yang sifatnya riil, menghantam kekuatan musuh dari luar saja, tetapi belum ada yang dapat melemahkan dan menghancurkan musuh dari dalam.
PENUTUP
Akhirnya mengenai kesiapan dan Profesionalisme prajurit tni AD dalam menghadapi tantangan global di bidang IT dapat disimpulkan, kemampuan TNI AD dan profesionalitas personelnya dalam penguasaan IT saat ini belum sepenuhnya siap untuk menghadapi tantangan global berupa perang hibrida yang sifatnya kompleks. Diperlukan sinergisitas antar matra serta dengan instansi lain untuk bisa saling melengkapi agar TNI mampu menjawab fenomena perkembangan IT yang semakin pesat. Faktor doktrin, anggaran dan SDM merupakan hal paling krusial untuk disiapkan lebih awal guna menghadapi tantangan global di bidang IT ini, sehingga disarankan : Pertama, penyesuaian doktrin TNI dan doktrin masing-masing matra guna menjawab fenomena perkembangan IT seperti perang hibrida; Kedua, pemenuhan dan pengadaaan Alutsista dalam rangka MEF agar diorientasikan juga kepada kesiapan TNI untuk menghadapi pesatnya kemajuan IT; Ketiga, penyiapan SDM TNI yang lebih dini di bidang penguasaan IT untuk diarahkan kepada perubahan sifat peperangan dari waktu ke waktu yang semakin kompleks. demikian essai tentang profesionalisme TNI AD dan tantangan global di bidang informasi teknologi yang dapat penulis tuangkan sebagai sumbangan pemikiran bagi TNI AD. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan essai ini, sehingga koreksi dan arahan yang membangun sangat dibutuhkan guna mendukung perbaikan kedepan.
Referensi
Kol. Inf. P. Teguh Rumekso. Siapkah TNI Menghadapi Perang Hibrida, Jurnal Yudhagama Volume 33 No. II Edisi Juni 2013
Walujo, D. A., & Subijantoro, D. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
http://news.liputan6.com/read/689966/ksad-perintahkan-prajurit-tni-melek-teknologi
http://sayidiman.suryohadiprojo.com. Pembinaan Pendidikan TNI Dalam Era Globalisasi.
No comments:
Post a Comment