Tuesday, July 28, 2015

UPAYA DALAM MENGOPTIMALKAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

UPAYA DALAM MENGOPTIMALKAN IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
Oleh
OLEH: DR. H. RUMADI SE. SH, M.Hum.


A.      Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami perkembangan yang siknifikan. Dengan keadaan yang semakin berkembang, teknologi yang semakin canggih, dan perkembangan sains pada zaman sekarang, maka kurikulum disusun menyesuaikan dengan perkembangan. Dari perkembangan maka kurikulum mengalami perubahan dengan bertahap untuk menyesuaikan dengan keadaan dan perubahan agar menjadi lebih baik.
Upaya penyempurnaan kurikulum demi mewujudkan sistem pendidikan Nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman ini terus dilakukan. Hai ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional kita untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Menghasilkan produk pendidikan yang kreatif, mandiri, produktif, dan juga memiliki karakter yang kuat.
            Beberapa upaya dapat dilakukan untuk optimalisasi (mengoptimalkan) implementasi kurikulum 2013. Upaya-upaya tersebut adalah: mendongkrak prestasi, penghargaan dan hadiah, membangun tim, program akselerasi, mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, melibatkan masyarakat, menghemat biaya pendidikan, sistem informasi manajemen pendidikan dan membangun jiwa kewirausahaan.
            Dengan disiapkannya kurikulum 2013 ini menjadi tantangan bagi para guru (tenaga pendidik) untuk dapat menerapkan dan menyesuaikan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, guru tidak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus. Silabus dan bahan ajar di buat oleh pemerintah, sedangkan guru hanya menyiapkan RPP dan media pembelajaran. Dengan perubahan yang terjadi guru memaksimalkan dalam penyusunan materi yang berkaitan, penyampaian materi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik agar dapat membangun karakter dan emosionalnya, serta penilaian yang sesuai.
            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi seperti sekarang ini juga harus diikuti oleh setiap individu. Begitupun dalam dunia pendidikan, guru harus mampu dan siap menghadapi perubahan yang terjadi dilingkungannya  terutama dalam hal pendidikan. Dalam persiapan implementasi kurikulum 2013 masih banyak terjadi kekurangan yang bisa menghambat keberhasilan dari tujuan kurikulum 2013.

Menurut Joko Susilo (2012:5),  pengertian  kurikulum pada dasarnya merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademi/collage yang harus di tempuh oleh sisiwa untuk mencapai tujuan sesuatu degree (tingkat) atau ijazah. Jadi kurikulum merupakan proses/tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk menyelesaikan semua mata pelajaran dan mencapai tujuan yang ada di dalam sekolah. Sehingga dalam pengimplementasiannya prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan perilaku, yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Makmun (1999) ciri-ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat intensional, positif, dan efektif. Ketika hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
            Perubahan perilaku hasil belajar bersifat internasional, artinya pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan demikian, perubahan karena kematangan, keletihan atau penyakit tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar.
            Perubahan perilaku hasil belajar bersifat positif, artinya sesuai dengan yang diharapkan (normatif), atau criteria keberhasilan (criteria of success), baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari segi guru. Misalnya: seseorang yang tidak bisa mengoprasikan computer, melalui proses belajar mampu mengoperasikan computer dengan baik.

 Rumusan Masalah
1.      Upaya apa yang ditempuh dalam mengoptimalisasikan implementasi kurikulum 2013?
2.      Upaya apa yang ditempuh dalam mendongkrak prestasi belajar dan faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar?
3.      Upaya apa yang ditempuh dalam mengimplementasikan kurikulum melalui penghargaan dan hadiah, membangun tim, program akselerasi, mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, melibatkan masyarakat, menghemat biaya pendidikan, sistem informasi manajemen pendidikan dan membangun jiwa kewirausahaan.

PEMBAHASAN

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013. Upaya-upaya tersebut adalah: mendongkrak prestasi, penghargaan dan hadiah, membangun tim, program akselerasi, mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, melibatkan masyarakat, menghemat biaya pendidikan, penggunaan teknologi informasi dan membangun jiwa kewirausahaan.
A.  Mendongkrak Prestasi
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan perilaku, yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Makmun (1999) ciri-ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat intensional, positif, dan efektif. Ketika hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perubahan perilaku hasil belajar bersifat internasional, artinya pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan demikian, perubahan karena kematangan, keletihan atau penyakit tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar bukan diarahkan oleh suatu kekuatan reflex, tetapi dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga seseorang akan mempelajari apa yang seharusnya dilakukan. Dalam pada itu, belajar dilakukan karena adanya kebutuhan, yang menimbulkan ketegangan dan mesti dipenuhi, sehingga mendorong individu untuk mempergunakan pikiran dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mendongkrak prestasi belajar, kita harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Proses pembelajaran, khususnya yang berlangsung di kelas sebagaian besar ditentukan oleh peranan guru. Peran guru yang paling dominan adalah sebagai designer, implementator, fasilitator, pengelola kelas, demonstrator, mediator, dan evaluator.
·      Guru sebagai designer, yang bertugas merancang dan merencanakan pembelajaran, serta mempersiapkan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran. Persiapan pembelajaran  sering disebut juga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang perkembangannya dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan, karakteristik peserta didik, karakteristik kelas serta faktor penunjang lainnya.
·      Guru sebagai implementator, yang bertugas melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana. Dalam hal ini guru harus dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, agar terjadi perubahan perilaku pada diri mereka sesuai dengan yang direncanakan. Peran guru sebagai implementator dapat juga disebut sebagai eksekutor pembelajaran, yang bertugas mengekskusi pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan.
·      Guru sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan secara optimal. Peran guru sebagai fasilitator erat kaitannya dengan peran sebagai pengelola kelas, agar dapat mendukung pembelajaran.
·      Guru sebagai pengelola kelas, yang bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya, agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan serta membimbing proses-proses intelektual, social, emosional, moral, dan spiritual di  dalam kelas, serta mengembangkan kompetensi dan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan peserta didik.
·      Guru sebagai demonstrator, yang senantiasa dituntut untuk menguasai materi pembelajaran dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
·      Guru sebagai mediator, yang bertugas tidak hanya sebagai penyampai informasi dalam pembelajaran, tetapi sebagai perantara dalam hubungan antarmanusia, dengan peserta didik.
·      Guru sebagai evaluator, yang harus menilai proses dan hasil belajar yang telah dicapai, serta memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan.
Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sehingga sebagian besar terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, di samping faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan kegiatannya. Peserta didik akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan cara belajar yang efisien sehingga mempertinggi prestasi (hasil) belajar. Sebaliknya, jika belajar secara serampangan, hasilnya pun akan sesuai dengan usaha itu, bahkan mungkin tidak menghasilkan apa-apa. Hasil belajar bergantung pula pada cara-cara belajar yang dipergunakan. Oleh karena itu, dengan mempergunakan cara belajar yang efisien akan meningkatkan hasil belajar yang memuaskan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendongkrak prestasi belajar, antara lain keadaan jasmani, keadaan sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan, kontrol, sikap yang optimistis, menggunakan waktu, cara mempelajari buku, dan mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.
Keadaan jasmani, untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani, untuk mencapai hasil belajar yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga,  apabila jasmani dalam keadaan sakit, kurang gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar dengan efektif. Keadaan sosial emosioanl, peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat, atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai temannya tidak dapat belajar secara efektif, karena kondisi ini sangat mempengaruhi konsentarsi pikiran, kemauan dan perasaan.
Keadaan lingkungan, tempat belajar hendaknya tenag, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan. Memulai pelajaran, memulai pelajaran harus tepat pada waktunya, bila merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya. Membagi pekerjaan, sewktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat untuk diselesaikan, sebaiknya sebelum memulai pelajaran lebih dulu menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu teretentu. Adakan kontrol, selididki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah dikuasai. Hasil baik mengembirakan, tetapi kalau kurang baik akan menyiksa diri dan memerlukian latihan khusus. Pupuk sikap yang optimistis, adakan persanigan dengan diri sendiri, niscaya prestasi meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimistis.

B. Penghargaan dan Hadiah
Penghargaan adalah suatu hadiah dalam bentuk ucapan terimakasih yang dirasakan sebagai pujian oleh orang untuk menerimanya. Sedangkan hadiah suatu penghargaan yang dibandingkan dengan nilai oleh orang yang menerimanya.
Psikologi perilaku mengatakan bahwa orang melihat penghargaan dan hadiah untuk memenuhi kebutuhab psikologis yang muncul dalam diri masing-masing. Meskipun teori penguatan positif merupakan sesuatu yang rumit, pada umumnya hadiah dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu hadiah intrinsik dan hadiah ekstrinsik. Hadiah intrinsik adalah perasaan internal yang diperoleh berdasarkan pemenuhan nilai-nilai pribadi dari suatu pekerjaan yang baik; sedangkan hadiah ekstrinsik adalah suatu penghargaan yang diberikan dalam bentuk potongan harga, bonus, penghargaan pribadi atau penghargaan masyarakat, dan sebagainya.
Penggunakan penghargaan dan hadiah harus disesuaikan dengan tingkatan karier dan kebutuhan para pegawai. Dalam hal ini, dapat dibedakan tiga tingkatan karier yang perlu diperhatikan dalam pemberiaan penghargaan dan hadiah, yakni karier awal, karier pertengahan, dan karier yang sudah matang. Kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam karier awal adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan pendapatan. Kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam karier pertengahan adalah kebutuhan akan peluasan pekerjaan, persahabatan, peningkatan pendapatan, dan pengembangan disiplin. Sedangkan kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam karier yang sudah matang adalah kebutuhan aktualisasi diri, prestasi, kebebasan, penggunaan kemampuan, kekuasaan dan prestise, serta penghargaan bagi para guru.
  

C.      Membangun Tim
Membangun tim bertujuan untuk mendidik seluruh tenaga kependidikan di sekolah pada seluruh tingkatan pekerjaan, dengan teknik kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan komponen penting untuk menyukseskan implementasi Kurikulum 2013. Dalam hal ini dorongan diarahkan oleh visi, misi dan nilai-nilai, serta tindakan yang memungkinkan untuk mencapai tujuan yang tertera dalam kurikulum. Sejalan dengan konsep total quality management (TQM) , kepemimpinan kepala sekolah harus melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan implementasi kurikulum, serta membuat penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan, untuk mendorong sekolah dalam mencapai tujuan, serta mewujudkan visi, dan misinya.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu proses dimana kepala sekolah mempengaruhi orang lain, baik individu maupun kelompk agar mengikuti apa yang diinginkan sesuai dengan pengarahan yang diberikan. Dismping itu, kepemimpinan kepala sekolah dapat diartika sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini, kepemimpinan kapala sekolah yang kuat dan memiliki komitmen akan memperoleh hasil yang yang signifikan dan memuaskan. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan bagian penting dalam implementasi kurikulum, yang turut menentukan gagal atau berhasilnya pembelajaran di sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil dalam implementasi kurikulum harus dapat menciptakan iklam sekolah yang kondusif, yang memungkinkan setiap tenaga kependidikan dapat bekerja secara optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Keberhasilan kepala sekolah harus menjadi dorongan bagi para tenaga kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Lima tindakan umum kepemimpinan kepala sekolah yang sukses (berhasil), yaitu: menciptakan kegiatan atau proses yang menantang, menyamakan visi, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk melakukan tindakan, mengembangkan suatu model pembelajaran yang efektif, dan terakhiran adalah memberikan dorongan kepada seluruh warga sekolah.
Dalam pembangunan tim guna menunjang optimalnya kurikulum 2013 terdapat sistem penampilan pribadi yang merupakan pola-pola perilaku untuk membentuk gaya berpikir., perasaan, dan tindakan seseorang dalam mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhannya. Karena membangun tim merupakan suatu proses, satu dari proses yang harus dipersiapkan untuk membantu proses adalah mengatur konflik. Tidak ada standar tertentu untuk menghadapi konflik, namun dari berbagai pendekatan, pendekatan Total Quality management (TQM) merupakan yang paling tepat dalam mengatasi konflik yang dihadapi dalam kehidupan dalam kehidupan organisasi, termasuk sekolah.

D. Mengembangkan Program Akselerasi
Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi, dan dukungan Undang-Undang Sisdiknas 2003 memberikan kesempatan kepada sekolah dan daerah untuk mengembangkan program-program unggulan sesuai dengan karakteristik sekolah dan daerah masing-masing. Disamping itu, sekolah dapt mengembangkan program akselerasi (percepatan) untuk melayani dan mengakomodasi peserta didik yang cepat belajar atau memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat. Peserta didik dapt menempuh masa belajar di sekolah dasar sekitar lima tahun, di sekolah menengah pertama dua tahun, dan disekolah menengah atas dua tahun.melalui program akselerasi, peserta didik dalam usia 10 tahun sudah dapt menamatkan sekolah daar, 12 tahun menematkan SMP, dan 14 tahun atau 15 tahun sudah lulus SMA, sehingga dalam usia kurang dari 20 tahun sudah dapat meraih gelar sarjana. Program ini diharapkan dapt mendongkrak kualitas SDM secara lebih cepat dan tepat sasaran.
Untuk mengembangkan program akselerasi perlu dilakukan berbagai persiapan, seperti penyempurnaan managemen dan pengayaan program, mengembangkan iklim dan kultur pendidikan, mengembangkan program bilingual, dan bahkan mengembangkan spiritualisasi mata pelajaran, agar setiap pembelajaran yang dilaksanakan mengandung unsur spiritual.
Pengembangan program akselerasi menuntut para komponen sekolah untuk mengadakan seleksi terhadap peserta didik yang akan mengikutinya, jangan sampai gagal di tengah jalan. Peserta didik yang mengikuti program akselerasi harus memiliki berbagai kelebihan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan pendidikan dan pembelajaran lebih cepat dari yang lain, sesuai dengan tuntutan program akselerasi. Sekolah juga dituntut untuk menyusun kalender pendidikan yang dapat melayani program akselerasi, misalnya bagaimana memilih materi-materi yang esensial, serta bagaimana menyelenggarakan ujian lebih capat dari program reguler.
Sejalan dengan program akselerasi, sekolah juga bisa mengatur jadwal pembelajaran yang dipandang efektif dan efisien, misalnya dengan mengembangkan full day school, dan sekolah berbasis kewirausahaan. Di samping itu, sekolah dapat mengatur jadwal pembelajaan, jika semula peserta didik belajar empat sampai lima mata pelajaran dalam sehari, maka sekolah dapat mengembangkan jadwal hanya dua atau tiga pelajaran sehari.

E. Membudayakan Kurikulum 2013
Tujuan, strategi fungsional, pengaturan struktural, dan faktor-faktor manusia sangat penting diperhatikan dalam implementasi Kurikulum 2013. Meskipun banyak ahli telah menekankan faktor manusia dalam mengimplementasikan Kurikulum, namun tidak satupun yang melakukannya lebih populer serta lebih memperhatikan pentingnya faktor manusia dan sistem sosial dari pada Thomas J. Peter dan Robert H Waterman, Jr. dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara srategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, sistem, profesionalitas guru, kompetensi tenaga kependidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, untuk untuk mengoptimalkan implementasi Kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinegikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.
Membudayakan kurikulum dapat dimaknai bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain. Budaya sekolah nampak sebagai gaya sebuah sekolah dalam mempertahankan integritas struktur sosialnya, sebagaimana organisasi sosial dan sebagai sebuah pola kepribadian individu. Pada umumnya pandangan ini merupakan konsep budaya sebagai sistem sosial yang membawa pesan dengan memberikan makna terhadap pengalaman anggotanya.
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa terdapat sekitar delapan atribut utama yang paling dipercaya dalam membudayakan implementasi kurikulum dan perubahan di sekolah.
1.        Sebuah bias untuk tindakan. Sekolah menganalisis pembuatan keputusan untuk melakukan perubahan, tetapi mereka bias dalam melakukan percobaan ide-ide.
2.        Terbuka pada masyarakat. Sekolah bekerja dan mendengarkan masyarakat sekitarnya untuk meningkatkan kualitas, layanan, dan reliabilitas.
3.        Otonomi dan kewirausahaan. Mereka memajang produk-produk pembelajaran, dan prestasi yang dapat diraih oleh peserta didik.
4.        Produktivitas orang-orang. Setiap anggota sekolah dipandang sebagai sumber untuk melakukan peningkatan, karena setiap orang merupakan bagian dari tim (kelompok).
5.        Pendekatan nilai. Sekolah memiliki kejelasan tentang visi dan misinya kepada masyarakat, dan kepala sekolah bersama dengan komite sekolah mempromosikan nilai-nilai kepada masyarakat.
6.        Penekanan pada kepentingan. Sekolah melakukan apa yang mereka tahu. Oleh karena itu, ketika mereka melakukan suatu perubahan akan mengetahui wilayah dan mengetahui wilayah dan keterampilan yang harus dikuasai.
7.        Bentuk sederhana pegawai. Sekolah menjaga kejelasan prioritas dan kestabilan, kesederhanaan, dan kefleksibelan struktur melalui desentralisasi.
8.        Kehilangan simultan dan kepribadian terikat. Sekolah sering melakukan kontrol secara sentral dan kekuasaan yang rendah, kewirausahaan dan inovasi pembelajaran.
 Hubungan buadaya dan strategi dapat menghasilkan bentuk perubahan dalam strategi dan budaya serta dalam keduanya. Untuk menentukan perubahan strategi implementasi kurikulum, kepada sekolah harus menentukan mana yang perlu ditekankan dalam perubahan tersebut. Perubahan strategi akan mengakibatkan pertimbangan sekolah dapat membawa strategi disejajarkan dengan sebuah budaya yang ada. Tidak semua kurikulum menuntut perubahan dalam budaya sekolah, tetapi perumusan yang tepat akan secara khusus menemukan budaya yang berhubungan.

F. Mendayagunakan Lingkungan
 Pendayagunaan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik bila apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan, dan berfaedah bagi lingkungannya.
Dalam pendekatan lingkungan pembelajaran disusun sekitar hubungan dan faedahnya. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya. Kompetensi yang dikembangkan harus memberi jalan ke luar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Pengembangan kompetensi dasar seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan lingkungan peserta didik. Misalnya di lingkungan petani, kompetensi yang berkaitan dengan pertanian akan memberikan makna yang lebih mendalam bagi para peserta didik. Demikian halnya di lingkungan pantai, kompetensi tentang kehidupan pantai akan sangat menarik minat dan perhatian peserta didik.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pemahaman dan kompetensi dengan cara mengamati dan melakukan secara langsung apa-apa yang ada dan berlangsung di lingkungan sekitar, baik rumah maupun sekolah. Jadi, peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui pada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap kompeten tentang masalah yang dihadapi.
G. Melibatkan Masyarakat
 Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama keikutsertaanya dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem pemerintahan top-down, partisipasi masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan, namun pada sistem pemerintahan bottom-up, tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan kebijakan tersebut.
Koentjaraningrat (1982) menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif menunjukkan pada frekuensi keikutsertaan masyarakat terhadap implementasi kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk kepada tingkat dan derajatnya. Partisipasi masyarakat juga dapat dikelompokkan berdasarkan posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai individu dalam aktivitas bersama pembangunan.
Secara luas, partisipasi dapat diartikan sebagai demokratisasi politik, sehingga turut menentukan tujuan, strategi dan memiliki perwakilan dalam pelaksanaan kebijakan dan pembangunan. Secara sempit partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses perubahan dan pengembangan masyarakat sesuai dengan hakekat pembangunan. Sebagai lawan dari kegiatan politk, partisipasi dapat diartikan sebagai upaya mendidik golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda kepentinganya untuk mengajukan secara rasional keinginanya dan menerima secara sukarela keputusan pembangunan.
Dalam rangka desentralisasi dan demokratisasi pendidikan, partisipasi masyarakat sangat diperlukan, dan masyarakat harus menjadi partner sekolah dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, karena kerjasama di antara keduanya sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik. Dalam suasana yang demikian, sekolah sebagai lembaga sosial memiliki fungsi utama, yaitu sebagai partner masyarakat dan sebagai penghasil tenaga kerja terdidik. Sebagai partner masyarakat, sekolah akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat, bahan bacaan, tontonan, dan kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi kegiatan pendidikan di sekolah. Sekolah juga harus bertanggung jawab terhadap perubahan masyarakat, yang dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan dan forum komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Di sisi lain, kesadaran peserta didik untuk mendayagunakan masyarakat sebagai sumber belajar dipengaruhi oleh kegiatan dan pengalaman belajar yang diikutinya di sekolah.
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan rasional, yaitu (1) adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan kebutuhan masyarakat; (2) ketetapan sasaran dan target pendidikan yang ditangani oleh sekolah ditentukan oleh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah dan masyarakat; dan (3) keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sangat dipengaruhi oleh ikatan objektif antara sekolah dan masyarakat. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan, dan bantuan tertentu; seperti dana, fasilitas, dan bentuk bantuan lain, baik bersifat ekonomis maupun non-ekonomis, yang memberikan makna penting pada eksistensi dan hasil pendidikan (Depdikbud,1990: 5-19).
Sejalan dengan bergulirnya roda reformasi yang didorong oleh para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, persepsi dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini, terutama berangkat dari tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membekali anaknya dengan berbagai pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat perlu senantiasa dikembangkan. Leslie (1980) mengungkapkan bahwa
School public relation is process of communication between the school and community for purpose for increasing citizen understanding of educational needs and practice and encouraging intelligent citizen interest and co-operation in the work of improving the scholl.
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu proses komunikasi untuk meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek, serta mendorong minat, dan kerja sama dalam usaha memperbaiki sekolah, karena komunikasi itu merupakan lintasan dua arah, yaitu dari arah sekolah ke masyarakat, dan sebaliknya.
Hubungan dengan masyarakat akan tumbuh jika masyarakat juga merasakan manfaat dari keikutsertaannya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan kemampuanya bagi kepentingan sekolah. Jadi, prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah dapat saling memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah dapat saling memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi yang efektif.
Dalam pelaksanaan program, sering terjadi masyarakat yang dilibatkan memiliki gagasan yang berbeda dengan program pengembangan sekolah. Dalam menghadapi kasus tersebut dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Sekolah harus tetap menghargai setiap gagasan masyarakat, tetapi tidak harus dilakukan jika tidak sesuai dengan program sekolah. Jelaskan bahwa gagasan tersebut tidak dapat dilaksanakan karena tidak sesuai dengan program induk sekolah.
2.      Sekolah harus mampu mempertimbangkan peran masyarakat yang bersikeras terhadap ide dan gagasannya, sehingga apabila yang bersangkutan tidak aktif lagi, maka sekolah harus siap mengatasinya.
3.      Sekolah harus netral dalam menyelesaikan konflik antar tokoh masyarakat yang sama-sama aktif dalam program dan kegiatan sekolah. Kedua belah pihak harus diajak musyawarah dengan pedoman keterlaksanaan program pengembangan sekolah.
Seperti program lain, menggalang partisipasi masyarakat juga harus diprogramkan dan dievaluasi secara berkala. Penyusunan program dan evaluasi berkala sebaiknya sudah melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat di sekitar sekolah.

H. Menghemat Anggaran
Pendidikan yang murah dan berkualitas merupakan salah satu tuntutan reformasi yang haruus diwujudkan dalam bidang pendidikan. Namun demikian, pendidikan yang berkualitas akan senantiasa membutuhkan biaya cukup banyak. Dengan demikian, permasalahanya adalah bagaimana kita dapat menghemat biaya pendidikan di sekolah, agar dengan biaya yang ada dapat melaksanakan kegiatan pendidikan yang berkualitas secara optimal serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan kondisi krisis yang sudah berjalan tujuh tahun, sehingga masalah biaya termasuk biaya pendidikan seringkali terjadi pengurangan; meskipun pemerintah sudah memprogramkan biaya pendidikan 20% dari APBN dan APBN.
Anggaran pendidikan di sekolah merupakan potensi yang sangat menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013, dan peningkatan kualitas pembelajaran. Anggaran pendidikan di sekolah juga berkaitan dengan berbagai komponen pendidikan, termasuk guru dan tenaga kependidikan lain yang terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah.
Penghematan anggaran pendidikan di sekolah menuntut kemampuan para pengelola dan tenaga kependidikan untuk merencanakan, melaksanakan kebijakan anggaran, menggadakan pengawasan, dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan setiap biaya yang dikeluarkan secara transparan, efektif, dan efisien, Hal ini sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, yang memberikan kewenangan kepada daerah dan sekolah dalam mengelola berbagai sumber yang ada di sekolah untuk menunjang terselenggaranya pendidikan di daerah atau sekolah yang bersangkutan.
Penghematan anggaran pendidikan di sekolah pada dasarnya untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, media belajar, proses pembelajaran, dan pelayanan administrative untuk menunjang jalannya proses pembelajaran. Jika penghematan biaya pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan baik dan benar, maka akan sangat menunjang tingkat efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Namun dalam kenyataannya tidak demikian, karena masih banyak sekolah yang belum mampu melakukan penghematan terhadap biaya pendidikan yang ada, bahkan dalam operasinya seringkali kekurangan biaya, baik untuk kepentingan proses pembelajaran maupun untuk memenuhi sarana dan fasilitas lain.
 Penghematan anggaran pendidikan di sekolah erat kaitannya dengan profesionalisme kepemimpinan sikap kepala sekolah terhadap kualitas. Dalam hal ini, pencapaian tingkat kualitas bukan merupakan hasil penerapan cara instan jangka pendek untuk meningkatkan daya saing, melainkan melalui implementasi TQM yang mensyaratkan kepemimpinan yang kontinu. Puffer & McCarthy (1996) telah mengembangkan kerangka kepemimpinan kualitas total semua manajer, dan pengaruh stake holder eksternal pada penentuan persyaratan kepemimpinan.
 Dalam rangka penghematan anggaran pendidikan di sekolah, kepala sekolah sebagai pemimpin perlu memiliki karakteristik pribadi yang mencakup: dorongan, motivasi untuk memimpin, kejujuran, integritas, kepercayaan diri, inisiatif, kreativitas, originalitas, adaptabilitas, fleksibilitas, kemampuan kognitif, pengetahuan bisnis, dan kharisma. Kualitas manajemen puncak seperti itu dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar memperagakan kualitas kepemimpinan yang diperlukan untuk melakukan penghematan biaya pendidikan di sekolah.
Dalam sebuah kontek penghematan anggaran pendidikan di sekolah, pengaturan anggaran yang jelas akan menumbuhkan komitmen tenaga kependidikan terhadap kualitas, memfokuskan semua upaya sekolah pada pemuasan kebutuhan peserta didik, menumbuhan sense of teamwork dalam kehidupan kerja, menumbuhkan standard of excellence, dan menjembatani keadaan sekolah sekarang dan masa mendatang. Dalam hal ini,perlu dirumuskan visi untuk diartikulasikan dan dikomunikasikan keseluruh tenaga kependidikan di sekolah untuk mempromosikan perubahan, inovasi, dan pengambilan keputusan (puffer & McCarthy, 1996).
 Penghematan anggaran pendidikan di sekolah juga memerlukan perencanaan yang matang,  agar dana yang ada dapat dikelola secara efektif, efisien, dan akuntabel. Perencanaan dalam manajemen keuangan (financial planning) ialah kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan sekolah. Perencanaan ini juga biasa disebut penganggaran (budgeting). Perencanaan menghimpun sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan “budgeting brings fiscal resources demandes in planning and programming inio sharper focus” (knezevich,1989). Anggaran atau budget merupakan alat penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk dana untuk setiap komponen kegiatan. Dalam hal ini Ricard Gordon (1976:125) mengemukakan pendekatan yang umum digunakan yaitu pendekatan tradisional dan Planning Programming Budgeting System  (PPBS).

I. Meningkatkan sistem informasi manajemen pendidikan         
Seiring majunya peradaban dunia dan dinamika kehidupan penduduk bumi yang cenderung vertikal, tidak jarang menimbulkan gejolak kehidupan sosial. Permasalahan sosial selalu timbul setiap saat dikarenakan sangat cepatnya arus globalisasi. Sarlito W. Sarwono, menyatakan bahwa “Maju dan berkembangnya peradaban dunia juga mempengaruhi alat pendu­kung­nya, diantaranya adalah teknologi komunikasi yang penggunaanya sebagai alat bantu untuk memproses dan mentransfer perangkat data informasi yang dibutuhkan, teknologi komunikasi pula sebagai sebab masuknya norma  dan nilai baru dari luar yang pada gilirannya norma dan nilai baru ini masuk ke dalam lingkungan kehidupan keluarga dan masyarakat”.
Sistem informasi manajemen marupakan sistem operasional  yang malaksanakan beraneka-ragam fungsi untuk menghasilkan luaran yang berguna bagi pelaksanaan operasi dan manajemen organisasi yang bersangkutan. Penerapan sistem informasi manajemen pada kehidupan sehari-hari kini makin banyak dijumpai. Selain seperti pada bisnis, perbankan, pemerintahan, ataupun perhotelan. Dalam dunia pendidikan (SIMDIK) pun sistem informasi manajemen serta teknologi informasi sangatlah mendukung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran..
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sudah banyak memanfaatkan  infor­ma­si tersebut. Dengan Teknologi informasi akan memberikan nilai tam­bah dalam proses pembelajaran dan pengelolaan sekolah lainnya. Dalam peman­faatan  teknologi informasi diharapkan tingkat daya pikir serta kreativitas guru dan peserta didik serta masyarakat dapat berkembang. Pada proses pengelolaan sekolah yang modern berbasis teknologi informasi semakin banyak sekolah yang menerapkan Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIM Sekolah), baik yang merancang sendiri, program dari pemerintah maupun dikerjakan secara profesional oleh tenaga ahli.
Di dunia pendidikan, banyak sekali lembaga pendidikan yang berhasil mengembangkan teknologi informasi dalam mendukung proses pembelajarannya, baik di dalam maupun di luar negeri  sehingga dapat mengadopsi pola pembelajaran yng lebih mudah, cepat, memiliki nilai tambah serta inovatif dalam mencari formulasi baru untk memberikan tambahan ilm maupun keterampilan bagi peserta didiknya. Sekolah yang melakukan pelayanan terhadap siswa merupakan institusi yang sangat membutuhkan kehadiran teknologi informasi sebagai pendukung peningkatan kualitas pelayanan. 
Sistem informasi manajemen Sekolah dapat dikatakan berjalan apabila semua komponen sekolah dapat menggunakan dan memanfaatkan sistem itu sendiri.  Sebagai contoh ada suatu sistem informasi sekolah lengkap dan terpadu yaitu Integrated School Information System (I-SIS) yang memiliki fasilitas terpadu atau terintegrasi jadi satu mulai dari database peserta didik, guru, Bimbingan dan Konseling, kartu pelajar barcode, absensi siswa, guru pegawai, nilai (ulangan, UTS, UAS, try out dll) Rapor otomatis, pembayaran, SMS Gateway.  Selain itu I-SIS juga bisa terhubung dengan Scanner LJK bila ulangan atau ujian menggunakan lembar jawaban komputer maka scanner akan otomatis mengirim nilai ke database sistem, untuk absensi siswa, guru dan pegawai dapat menggunakan sidik jari yang otomatis terlapor ke wali siswa bila siswa bolos atau alpha. Manfaat untuk guru bidang studi nilai akan diolah otomatis tinggal memasukan rumus sesuai keinginan masing-masing guru, ledger dan rapor juga otomatis tinggal print.
Manajemen pendidikan merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin Efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat di masa depan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen pendidikan pada haki­katnya adalah menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematik serta sumber-sumber yang didaya­gunakan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu cabang ilmu manajemen pendidikan yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas sumber belajar, dana serta upaya mencapai tujuan lembaga secara dinamis. Pengelolaan sistem informasi manajemen pendidikan terdiri atas unsur input, proses dan output.
Terkait dengan penerapan kurikulum 2013 maka pemanfaatan sistem informasi manajemen khususnya dalam bidang pendidikan sudah sangat diperlukan dalam pengelolaan, baik dalam hal pengelolaan administrasi akademik, akademik kepegawaian, administrasi pelaporan dan masih banyak lagi bidang-bidang lain yang membutuhkan layanan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Kebutuhan aplikasi database yang dapat mengelola data dan informasi sekolah, manajemen sekolah dan komite-komite pengajaran dan pembelajaran, juga mengangkat kebutuhan untuk menjadikan laporan-laporan dari sekolah secara cepat dan valid kepada instansi terkait seperti laporan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun ke Kementrian Pendidikan Nasional
Mengingat peran sistem informasi manajemen yang begitu penting sangat diperlukan oleh suatu lembaga/satuan pendidikan. Upaya dan usaha menerapkan IT dalam menunjang kelancaran kinerjanya, dengan kondisi semacam itu seluruh tenaga kependidikan dan pendidik terus melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki sistem-sistem yang sudah ada. Teknologi informasi juga merupakan salah satu senjata pesaing. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi menjadi salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi dalam aktivitas operasional lembaga pendidikan, bahkan untuk menjadi pilihan masyarakat saat ini, lembaga pendidikan harus memiliki sperangkat teknologi informasi yang memadai.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Implementasi sistem informasi BIOSMK di sekolah merupakan upaya yang sudah seharusnya dilakukan. Sesuai dengan standar isi pendidikan yaitu sistem informasi manajemen pendidikan (SIM) BIOSMK untuk mendukung proses manajemen pendidikan. Pimpinan sebuah lembaga pendidikan (kepala sekolah) pada dasarnya adalah pengolah informasi. Seorang pimpinan harus memiliki kapabilitas untuk memperoleh, menyimpan, mengolah, mengambil kembali, serta menyajikan informasi sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan bidang pendidikan yang dapat dipertanggung jawabankan secara moral.
J.     Membangun Jiwa Kewirausahaan
Pada saat ini banyak sekolah swasta yang maju dan kwalitasnya lebih baik disbanding sekolah negeri, karena tidak terikat alokasi dana dari pemerintah. Hal tersebut menantang sekolah negeri untuk mampu mandiri seperti sekolah swasta. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki jiwa kewirausahaan dan memahami prinsip kewirausahaan, kemudian menerapkannya dalam mengelola sekolah.
Berbicara wirausaha menurut Hisrich & Peters (1992) adalah berbicara mengenai “perilaku”, yang mencakup pengambilan inisiatif, mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme social dan ekonomi terhadap sumber dan situasi kedalam praktek, dan penerimaan resiko atau kegagalan.  Para ahli ekonomi mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang dapat meningkatkan nilai tambah terhadap sumber, tenaga kerja, alat, bahan, dan asset lain, serta orang yang memperkenalkan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Membangun jiwa kewirausahaan berarti memadukan kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah guna mengambil keuntungan. Kepribadian ini mencangkup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku. Dari Steinhoff (1993) dapat di identifikasikan karakteristik kepribadian wirausaha sebagai berikut.
a.       Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, terhadap kerja keras,mandiri, dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah bagian dari keberhasilan. Dengan modal tersebut merekan bekerja dengan tenang, optimis, dan tidak di hantui  oleh rasa takut gagal.
b.      Memiliki kreativitas diri (self creatifty) yang tinggi dan kemampuan mencari jalan untuk merealisasikan berbagai kegiatanya melalui kewirauasahaan.
c.       Memliki pikiran positif (Posifitive Thingking), dalam menghadapi suatu masalah atau kejadian, dan aspek positifnya. Dengan demikian mereka selalu melihat peluang dan memenfaatkanya untuk ,endukung kegiatan yang dilakukan.
d.      Memiliki orientasi pada hasil (Output Oriented), Sehingga hambatan tidak membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk mengatasi, sehingga mencapai hasil yang diharapkan.
e.       Memiliki keberanian untuk mengambil resiko, baik resiko terhadap kecelakaan, kegagalan, maupun kerugian. Dalam melaksanakan tugas, pribadi wirausaha tidak takut gagal atau rugi ,sehingga tidak takut melakuka pekerjaan, meskipun dalam hal baru.
f.       Memiliki jiwa pemimpin, yang selalu ingin mendaya gunakan orang dan membimbingnya, serta selalu tampil kedepan untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan, dan idak membebankan ata menyalahkan orang lain.
g.      Memiliki pikiran orisinal yang selalu punya gagasan baru, baik untuk mendapatkan peluang maupun mengatasi masalah secara kreatif dan inovatif.
h.      Memiliki orientasi kedepan, dengan menggunakan pengalaman masa lalu sebagai referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaanya.
i.        Suka pada tantangan da menemukan diri dengan merealisasikan ide-idenya.
Jika dikaitkan dengan kegiatan sekolah, maka kepala sekolah harus mampu menfsirkan berbagai kebijakan dari pemerintah sebagai kebijakan umum, sedangkan operasionalisasi kebijakan tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal perlu di tunjang oleh kiat-kiat kewirausahaan.  Misalnya, jika dana bantuan dari pemerintah terbatas, sedangkan kegiatan yang harus dilakukan cukup banyak, maka kepala sekolah harus mampu mencari peluang untuk mendayagunakan berbaga potensi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dalam implementasi kurikulum 2013, sekolah akan menjadi unit layanan mayarakat yang sangat diperlukan.Oleh Karen itu, kepala sekolah harus mampu menjaga dan meningkatkan kualitas sekolah, Jika kualitas sekolah baik, masyarakat, kususnya orang tua kan bersedia perperan aktif di sekolah, karena yakin anaknya akan mendapat pendidikan yang baik. Disanalah pentingnya pribadi wirausaha kepala sekolah, untuk mencari jalan meningkatkan kualitas sekolah agar masyarakat dan orang tua percaya terdapat produktivitas sekolah, dan mau berpartisipasi dalam bebagai program dan kegiatan sekolah.



PENUTUP

1.     Meningkatkan prestasi belajar diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik
2.     Beberapa upaya dapat dilakukan untuk optimalisasi (mengoptimalkan) implementasi kurikulum 2013. Upaya-upaya tersebut adalah: mendongkrak prestasi, penghargaan dan hadiah, membangun tim, program akselerasi, mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, melibatkan masyarakat, menghemat biaya pendidikan, teknologi informasi dan membangun jiwa kewirausahaan.
a.       penghargaan dan hadiah dalam hal ini adalah pemenuhan kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam karier awal adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan pendapatan. Kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam karier pertengahan adalah kebutuhan akan peluasan pekerjaan, persahabatan, peningkatan pendapatan, dan pengembangan disiplin. Sedangkan kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam karier yang sudah matang adalah kebutuhan aktualisasi diri, prestasi, kebebasan, penggunaan kemampuan, kekuasaan dan prestise, serta penghargaan bagi para guru.
b.      Membangun tim dalam hal ini adalah merupakan suatu proses, satu dari proses yang harus dipersiapkan untuk membantu proses adalah mengatur konflik. Tidak ada standar tertentu untuk menghadapi konflik, namun dari berbagai pendekatan, pendekatan Total Quality management (TQM) merupakan yang paling tepat dalam mengatasi konflik yang dihadapi dalam kehidupan dalam kehidupan organisasi, termasuk sekolah.
c.       program akselerasi menuntut para komponen sekolah untuk mengadakan seleksi terhadap peserta didik yang akan mengikutinya, jangan sampai gagal di tengah jalan. Peserta didik yang mengikuti program akselerasi harus memiliki berbagai kelebihan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan pendidikan dan pembelajaran lebih cepat dari yang lain, sesuai dengan tuntutan program akselerasi. Sekolah juga dituntut untuk menyusun kalender pendidikan yang dapat melayani program akselerasi, misalnya bagaimana memilih materi-materi yang esensial, serta bagaimana menyelenggarakan ujian lebih capat dari program reguler.
d.      mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, hubungan budaya dan strategi dapat menghasilkan bentuk perubahan dalam strategi dan budaya serta dalam keduanya. Untuk menentukan perubahan strategi implementasi kurikulum, kepada sekolah harus menentukan mana yang perlu ditekankan dalam perubahan tersebut. Perubahan strategi akan mengakibatkan pertimbangan sekolah dapat membawa strategi disejajarkan dengan sebuah budaya yang ada. Tidak semua kurikulum menuntut perubahan dalam budaya sekolah, tetapi perumusan yang tepat akan secara khusus menemukan budaya yang berhubungan.
e.       Melibatkan masyarakat, seperti program lain, menggalang partisipasi masyarakat juga harus diprogramkan dan dievaluasi secara berkala. Penyusunan program dan evaluasi berkala sebaiknya sudah melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat di sekitar sekolah.
f.       Menghemat biaya pendidikan, Penghematan anggaran pendidikan di sekolah juga memerlukan perencanaan yang matang,  agar dana yang ada dapat dikelola secara efektif, efisien, dan akuntabel. Perencanaan dalam manajemen keuangan (financial planning) ialah kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan sekolah. Perencanaan ini juga biasa disebut penganggaran (budgeting).
g.      sistem informasi manajemen pendidikan, (SIMDIK) sistem informasi manajemen serta teknologi informasi sangatlah mendukung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengembangkan sistem informasi manajemennya agar mampu mengikuti perubahan zaman, terkait dengan optimalisasi penerapan kurikulum 2013 hasil implementasi (SIMDIK) tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi menjadi salah satu alat untuk meningkatkan efisiensi dalam aktivitas operasional lembaga pendidikan, bahkan untuk menjadi pilihan masyarakat saat ini, lembaga pendidikan harus memiliki seperangkat teknologi informasi yang memadai.
h.      Membangun Jiwa Kewirausahaan, kurikulum 2013 diharapkan Membangun jiwa kewirausahaan berarti memadukan kepribadian, peluang, keuangan, dan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah guna mengambil keuntungan. Kepribadian ini mencangkup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku.



DAFTAR PUSTAKA

B. Davis, Gordon. 1998 Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen,  Cet. IX; Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

Degeng, Nyoman Sudana. (2004). Teori Pembelajaran, Malang, Jawa Timur: UM Press

Joko Susilo, Muhammad. 2012. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1982. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Leslie J. Briggs & Walter W. Wager. 1981. Handbook of Procedures for the Design of Instruction, 2nd edition. Englewood Cliffs: Educational Technology.

.Makmun, A.S. 1999. Psikologi Kependidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.


Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Puffer, S.M. & McCarthy, D. J. (1997). Russian managers beliefs about work: Beyond the stereotypes. Journal of World Bussiness, Vol. 32, No. 3, pp. 258-277

Rochaety, Eti, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Walujo, D. A., & Subijantoro, D. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.


1 comment:

Sudah Saatnya Dilakukan Deradikalisasi di Tubuh TNI-Polri

D. Jarwoko Peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh anggota Jamaah JAD di Menes, Pandeglang beberapa hari lalu setidaknya membua...