MEMAHAMI 11 ASAS KEPEMIMPINAN
DAN ETIKA PRAJURIT GUNA MEMANTAPKAN SUMBER DAYA PRAJURIT DAN
PROFESIONALISME PIMPINAN SATUAN TNI
OLEH: DR. H. RUMADI SH, Mhum.
Seperti
kita ketahui makna kepemimpinan
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan
bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang
sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan
memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon,
Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita
harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah
mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Demikian
juga pada organisasi TNI proses kepemimpinan sudah berlangsung sejalan dengan
perkembangan organisasi, akan tetapi kepemimpinan senantiasa selalu menjadi
topik kajian yang hangat, hal itu mencerminkan bahwa kualitas dan efektifitas
kepemimpinan dari waktu ke waktu dituntut untuk selalu ditingkatkan agar tidak
terjadi penurunan. Perwira sebagai unsur pimpinan pada organisasi TNI AD
merupakan kunci keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas kemiliteran, hal
ini disebabkan karena keputusan yang diambil oleh seorang Perwiralah menentukan
berhasil atau tidaknya tugas yangharus dilaksanakan.
Memasuki
era globalisasi yaitu era saling ketergantungan, yang ditandai dengan semakin
canggihnya sarana komunikasi dan interaksi serta perkembangan pesat di bidang
tehnologi dan informasi, perubahan dan dinamika tersebut telah membawa berbagai
implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan termasuk tuntutan dan perkembangan
komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan. Hal ini
menuntut setiap perwira dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi
kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang
lebih dinamis sehingga seorang Perwira sebagai pemimpin harus memiliki kualitas
kepribadian yang mampu membangkitkan kekuatan emosional maupun rasional kepada
anak buahnya didasari sifat-sifat adil, jujur dan berwibawa. Kualitas pribadi
yang kuat terbentuk akan tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak akan menemui
kesulitan dlam berinteraksi dengan keluarga, lingkungan sekitarnya maupun, hal
ini karena didasari oleh sikap jujur dan tulus yang diberikan oleh seorang
pemimpin akan membuat yang dipimpin bersikap terbuka kepada pimpinannya, sikap
ini akan menimbulkan sikap saling percaya dari kedua belah pihak yang merupakan
suatu batu loncatan untuk memulai suatu langkah dalam meraih tujuan secara
bersama-sama dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan
atau sebuah seni untuk mengarahkan dan mempengaruhi membutuhkan sebuah
kepercayaan yang terbentuk dari sifat pengasih dan penyayang yang terdapat
dalam setiap pribadi, sehingga hal yang
mendasar yang dibutuhkan seorang pemimpin adalah moral dan etika karena moral
adalah suatu bentuk kepribadian yang dipunyai setiap individu berhubungan
dengan perbuatan baik atau buruk yang sangat berpengaruh terhadap suatu
kepemimpinan, sedangkan, etika adalah norma dan nilai yang dijadikan pedoman
dalam proses interaksi manusia dalam bermasyarakat sebagai makhluk sosial.
Dengan terpenuhinya hal tersebut dalam diri seorang pemimpin maka sebuah
kepemimpinan yang handal dilingkungan TNI AD akan dapat terwujud sehingga
seluruh tugas akan dapat diselesaikan.
Kendala dalam Pelaksanaan Kepemimpinan
Bagi
seorang perwira atau seorang pemimpin bukan sebuah hal baru lagi jika merasakan
banyak kendala dalam mencapai efektifitas kepemimpinan yang diharapkan, secara
umum kendala itu adalah minimnya pembekalan perwira terutama bagi mereka para
perwira muda yang berasal dari D3 atau S1
secara formal. Kendala lain adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat
yang tidak diimbangi dengan kemampuan seseorang, ataupun adanya kejenuhan
karena terlalu lama berada di kesatuan.
Menyikapi
hal tersebut sebenarnya TNI telah memiliki Prinsip-prinsip kepemimpinan militer, yang
di kombinasikan dengan Prinsip 11 Azaz Kepemimpinan TNI, Kode Etik Perwira TNI,
Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit maka akan
sangat membantu sebagai dasar pembinaan Kepemimpinan TNI, hanya saja pemahaman
kepemimpinan pada TNI yang notabene adalah sebuah organisasi militer kadang
menyebabkan prinsip-prinsip tersebut kurang bisa maksimal dilaksanakan. Bukan
rahasia umum lagi jika dalam sebuah organisasi militer, gaya otoriter sangat
mengakar dalam kepemimpinan, dalam gaya otoriter ini melekat sifat arogan dan
harus dipatuhi sehingga terkadang terkesan seorang pemimpin adalah pemimpin
bukan bagian dari tim atau organisasi. Selain itu hal tersebut juga berimbas
pada mudahnya pemimpin untuk menyalahkan bawahan, dan menganggap dirinya lebih
hebat yang mengakibatkan bawahan patuh bukan dari seni memimpin yang dipunyai
seorang pemimpin tetapi lebih karena ketakutan. Jika ini terjadi hal yang fatal
telah terjadi organisasi yang dipimpin tidak akan mampu berkembang, karena gaya
memimpin yang tidak efektif.
Antisipasi
Kendala Kepemimpinan
Untuk mengantisipasi
permasalahan tersebut 11 Azaz Kepemimpinan TNI, Kode Etik Perwira TNI,
Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit harus dipahami benar-benar oleh setiap
perwira, terlebih yang terkandung dalam 11 Azaz Kepemimpinan TNI yang
dipakai sebagai dasar dalam melaksanakan pembinaan adalah Pepemimpinan
Pancasila yang berisikan azas-azas sebagai berikut:
11 Azaz Kepemimpinan TNI
dan Perwujudan dalam Satuan
1. Taqwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
Sebagai seorang warga negara
Indonesia setiap prajurit TNI wajib memiliki satu agama yang diyakini. Setiap
agama mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan hal-hal kebajikan dan
meninggalakan hal-hal yang dilarang. Sebagai insan hamba TUHAN YME prajurit TNI
wajib melaksanakan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA. Tindakan
tersebut adalah wujud ketaqwaan kita kepada TUHAN YME. Dalam hal ini tindakan
yang dilakukan oleh pemimpin adalah dengan berperan aktif mengikuti kegiatan
keagamaan di satuannya yang dapat menimbulkan efek positif bagi yang
dipimpinnya.
2. Ing Ngarsa Sung Tulada
Memberi suri tauladan di hadapan anak buah.
Sebagai pemimpin seorang prajurit
TNI memiliki anak buah yang dipimpin untuk mengemban berbagai tugas yang
diberikan oleh negara melalui institusinya masing-masing. Seorang pemimpin yang
baik bukan hanya dapat memerintah tetapi yang paling utama adalah mampu untuk
menjadi contoh, baik bagi anak buahnya maupun dilingkungannya. Seperti kita
ketahui bersama salah satu filosofi kepemimpinan “THE BEST LEADER IS BY
EXAMPLE”. Maka sebagai seorang pemimpin unsur utamanya adalah mampu untuk
sebagai contoh bagi anak buah dan lingkungannya.
3. Ing Madya Mangun Karsa
Ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak
buah.
Ikut serta
dalam kegiatan di tengah-tengah anak buah dengan memberikan kesempatan kepada
para anggotanya untuk menumbuh kembangkan bakat dan kemampuannya yang sejalan
dengan kebijakan yang telah digariskan. Tugas yang diberikan pada anak
buah bukan hanya semata-mata merupakan beban tugas tanggung jawab ank buah
saja. Sebagai seorang pemimpin juga harus menumbuhkan semangat, etos kerja dan
dedikasi anakbuah yang dipimpinnya. Dengan tingginya semangat, dedikasi dan
etos kerja, maka semua tugas yang diemban mampu untuk dilaksanakan.
4. Tut Wuri Handayani
Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak
buah.
Memberi
dorongan dari belakang terhadap anak buah dengan terus menerus memelihara dan
mengarahkan cita-cita, kemauan dan tekad yang dipimpinnya untuk mencapai
tujuan. Bila contoh telah diberikan, semangat
telah diwujudkan maka selanjutnya pemimpin tinggal memberikan dorongan,
memonitor dan mengontrol satuan yang dipimpinnya. Pemimpin mengikuti
perkembangan satuan yang dipimpinnya dan memberikan arahan seperlunya bila
telah terjadi penyimpangan dari kebijakan yang telah digariskan.
5. Waspada Purba Wisesa
Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi
kepada anak buah.
Selalu
waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah
dengan mengetahui perkembangan keadaan dari apa yang dipimpinnya sehingga
terbentuk kondisi kerja yang harmonis. Setiap personel prajurit dapat
dipastikan memiliki permasalahan, seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi
tersebut sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan setiap permasalahan anak
buahnya. Dan dapat mengantisipasi agar segala sesuatu yang bersifat negatif
dapat dicegah.
6. Ambeg Parama Arta
Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
Pemimpin yang memiliki
kemampuan menilai dan membuat skala prioritas dalam melaksanakan tugas. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas pada umumnya selain
memimpin satuannya juga menerima berbagai beban tugas yang harus diseslesaikan.
Sebagai seorang pemimpin yang bijak harus mampu memberikan skal prioritas
terhadap setiap tugas yang ada. Sehingga seluruh tugas yang diberikan dapat
diselesaikan dan kepemimpinannya tidak ditinggalkan
7. Prasaja
Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
Diwujudkan dengan menunjukan sifat dan sikap
kesederhanaan. Sebagai contoh bagi anak buahnya, seorang
pemimpin secara performa , tindak tanduk dan perkataannya
harus mencerminkan suatu kesederhanaan. Hal tersebut diwujudkan agar dalam
dilingkungannya, baik lingkungan kerja atau lingkungan masyarakat dapat mudah berinteraksi.
8. Satya
Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan
dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping.
Hal ini bisa membentuk sikap
loyalitas dengan bentuk disiplin yang tinggi terhadap tugas-tugas yang
dikerjakan. Loyalitas merupakan sesuatu hal
yang mutlak bagi seorang prajurit dan hal tersebut sesuai dengan yang tercantum
dalam Sumpah Prajurit ketiga “Taat kepada atasan….”. wujud loyalitas tersebut
bukan hanya kepada atasan, tetapi loyalitas harus diwujudkan ke segala arah,
baik loyalitas kepada atas, loyalitas kepada sesama rekan dan teman serta
loyalitas kepada bawahan.
9. Gemi Nastiti
Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan
pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
Pemimpin diharapkan mengawasi dan merencanakan
penggunaan anggaran dan tenaga manusia secara efektif, efisien dan tepat guna. Sikap hemat sangat diperlukan pada setiap kedinasan.
Lebih-lebih pada saat ini kemampuan anggaran negara dalam mendukung kebutuhan
TNI sangat terbatas untuk itu harus disikapi dengan penghematan anggaran dan
mengalokasikan anggaran sesuai kebutuhan yang tepat.
10. Belaka
Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakannya.
Pemimpin diharapkan memiliki kemauan, kerelaan dan
keberanian untuk bertanggung jawab dalam menggunakan rantai komando dengan
sebaik-baiknya dengan memberikan wewenang yang diperlukan dan selalu
melaksanakan pengawasan yang teliti terhadap pelaksanaan tugas. Sebagai seorang pemimpin rasa tanggung jawab merupakan hal
yang mutlak dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terhadap
setiap hal yang dipimpinnya.
11. Legawa
Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan, pemimpin harus memiliki kemauan, kerelaan dan keikhlasan dalam
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukanya kepada generasi berikutnya dengan
memberikan bimbingan bawahannya kearah peningkatan pengetahuan dan kemampuan
serta ketrampilan. Setiap roda perputaran organisasi selalu akan
terjadi suatu regenerasi. Sebagai seorang pemimpin yang baik harus
mempersiapkan bawahan ataupun yuniornya, untuk dipersiapkan menjadi calon
pemimpin pengganti estafet kepemimpinan berikutnya.
Selain penerapan 11 azaz
kepemimpinan seorang pemimpin atau perwira juga dituntut untuk menjadikan kode
etik perwira "Budhi Bhakti Wira Utama" harus menjadi nilai moral dan
spiritual serta kuat melekat dalam jiwa untuk implementasi Sapta Marga, Sumpah
Prajurit dan Delapan Wajib TNI dalam setiap pelaksanaan tugas . Kode etik perwira "Budhi
Bhakti Wira Utama" ini meliputi:
Budhi Bhakti Wira Utama
1. Budhi,
artinya Perwira TNI berbuat luhur, bersendikan :
a.
Ketuhanan Yang Maha Esa.
b.
Membela kebenaran dan keadilan.
c.
Memiliki sifat-sifat kesederhanaan.
2. Bakti,
artinya Perwira TNI berbakti untuk :
a.
Mendukung cita-cita nasional.
b.
Mencintai kemerdekaan dan kedaulatan
Republik Indonesia.
c.
Menjungjung tinggi kebudayaan Indonesia.
d. Setiap
saat bersedia membela kepentingan nusa dan bangsa guna mencapai kebahagiaan
rakyat Indonesia.
3. Wira,
artinya Perwira TNI adalah Kesatria :
a.
Memegang teguh kesetiaan dan ketaatan.
b.
Pemimpin (soko guru) dari bawahannya.
c.
Berani bertanggung jawab atas tindakannya.
4. Utama,
artinya Perwira TNI adalah :
a.
Penegak persaudaraan dan perikemanusiaan.
b.
Menjungjung tinggi nama dan kehormatan Korps Perwira TNI.
Pengetrapan
Prinsip Kepemimpinan
Pemahaman dan praktek
prinsip kepemimpinan merupakan suatu keharusan dan kepemimpinan seseorang tidak
semata-mata tergantung dalam menggunakan asas dan prinsip kepemimpinan saja.
Adapun Pengetrapan prinsip kepemimpinan ini meliputi:
1. Pemimpin
harus mahir dalam soal-soal tehnis dan taktis. Seorang pemimpin harus mampu
membuktikan kepada satuannya. Untuk itu harus cakap memimpin dalam setiap
bentuk operasi maupun latihan, demikian juga dalam aspek teknik dan
administratif dari tugasnya. Pimpinan harus mampu memperlihatkan kecakapannya
untuk menumbuhkan kepercayaan dan penghargaan bawahannya. Jika seorang pemimpin
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka anak buahnya akan
kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya dan efektif atas satuannya akan
hilang.
2. Pemimpin
mampu mengenali diri sendiri dan berusaha mengembangkan. Seorang pemimpin harus
mampu menilai diri sendiri, mengenal dan menemukan kelemahan kekuatan yang ada
pada dirinya. Usahakan untuk memperbaiki dan mengisi kekurangan tersebut dan
pergunakan sebaik-baiknya kekuatan yang memiliki untuk mengatasi kelemahan yang
masih dirasakan ada. Dengan mengenal dirinya sendiri serta pengenalan tingkah
laku perorangan dan kelompok, pemimpin dapat mengevaluasikan tindakan-tindakan
dan perasaan bawahannya.
3. Pemimpin
mampu memastikan bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan diselesaikan.
Anggota bawahan harus mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk itu seorang pemimpin harus mampu memberikan perintah yang
jelas, singkat dan tepat. Jangan memberikan perintah yang terlalu terperinci.
Bawahan tidak menyukai pengawasan yang berlebihan dan menimbulkan gangguan
dalam pelaksanaan tugas. Inisiatif akan berkembang bila mereka dapat
mengembangkan teknik pelaksanaan tugasnya. Pemimpin harus yakin bahwa
perintahnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan cara memeriksa dan
mengawasi secara pribadi atau menggunakan saluran Pemimpin.
4. Mampu
mengenali anggota-anggota bawahan dan pelihara kesejahteraan mereka. Setiap
pemimpin bertanggung jawab terhadap kesejahteraan para anggotanya. Tugas
mengurus mereka itu tidaklah ringan dan untuk itu harus selalu mengetahui
keadaan bawahan sedalam-dalamnya. Pengertian yang baik akan keadaan anggota,
mengenal langsung dan memahami benar – benar anggota, mengenal langsung dan
memahami benar-benar kebutuhan fisik dan non fisik mereka, akan sangat berguna
bagi perencanaan tugas-tugas yang akan datang serta mengetahui dan mengerti
tentang perilaku individu dan kelompok, karena tanpa pengetahuan tersebut
seorang pemimpin tidak akan mengerti “mengapa” bawahan tersebut berbuat
sesuatu. Bilamana anggota mengetahui bahwa pimpinan memperhatikan
kesejahteraannya, mereka akan bersikap yang memungkinkan tercapainya tujuan
satuan.
5. Usahakan
dan pelihara selalu anggota mendapatkan keterangan yang diperlukan. Yakin bahwa
tugas, keadaan, maksud dan tujuan dimasa-masa dekat diketahui oleh Staf,
pemimpin bawahan dan anggota. Berikan penjelasan mengapa tugas itu harus
dilaksanakan. Hal ini akan menumbuhkan inisiatif, meningkatkan kerja sama dan
moril serta akan menunjukkan yang lebih baik terhadap pemimpin serta
kesatuannya
6. Pemimpin
memberi tauladan dan contoh yang baik. Seorang pimpinan harus menjadi contoh
yang baik bagi bawahannya dalam hal kepribadian, keberanian, pengetahuan
administrasi, penguasaan profesi, penampilan diri dan keluwesan dalam
pergaulan. Penampilannya akan jadi ukuran satuannya baik dari segi pribadi maupun
profesi. Bila penam- pilannya tidak menyenangkan, maka hal itu akan merusak
kepercayaan dan rasa hormat antara atasan bawahannya.
7. Pemimpin
mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab di kalangan para anggota. Salah satu cara
untuk menunjukan bahwa pemimpin memperhatikan kesejahteraan bawahan adalah
dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan profesinya.
Pendelegasian wewenang yang sepadan dengan tanggung jawab akan meningkatkan
saling percaya dan saling hormat antara pemimpin dengan bawahannya
8. Pemimpin
mampu melatih anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak. Pada hekekatnya
prinsip ini adalah salah satu tujuan daripada kepemimpinan terutama
kepemimpinan Militer. Kerja sama tim ini merupakan kunci dari suksesnya tugas.
Bawahan harus berlatih baik agar dapat menyelesaikan berbagai tugas. Tugas
pemimpin adalah melatih anggota satuaannya, agar mereka memiliki kemahiran
taktik dan tehnik serta dengan cara demikian mereka dapat bekerja sama dalam
satuan tim, dengan kerja yang baik dan terkoordinasi dapat dikembangkan
spontanitas dan kesatuan usaha dalam menghadapi keadaan yang kritis yang
membutuhkan penyelesaian dengan segera.
9. Pemimpin
mampu membuat keputusan yang sehat dan pada waktu yang tepat. Pemimpin harus
mampu membuat suatu perkiraan ke dalam secara tepat.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan pelbagai tindakan dengan memanfaatkan peluang yang timbul. Ia harus mampu mengambil keputusan tanpa ragu-ragu, rasa cemas atau takut, apabila harus menghadapi keadaan yang kritis, gawat ataupun yang tidak menguntungkan. Pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan yang tepat, tidak dapat mengerahkan satuannya dengan baik, keadaan itu akan menciptakan keraguan, hilangnya kepercayaan dan situasi yang tidak menentu dalam satuan.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan pelbagai tindakan dengan memanfaatkan peluang yang timbul. Ia harus mampu mengambil keputusan tanpa ragu-ragu, rasa cemas atau takut, apabila harus menghadapi keadaan yang kritis, gawat ataupun yang tidak menguntungkan. Pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan yang tepat, tidak dapat mengerahkan satuannya dengan baik, keadaan itu akan menciptakan keraguan, hilangnya kepercayaan dan situasi yang tidak menentu dalam satuan.
10. Pemimpin
memberikan tugas dan kepercayaan kepada satuan sesuai kemampuannya. Untuk dapat
mencapai hasil yang sebaik-baiknya, pimpinan wajib mengenal dan memahami
kemampuan maupun keterbatasan yang dimiliki organisasi. Ia harus memberikan
tugas yang sepadan dengan kemampuan yang dimiliki oleh kesatuan atau organisasi
termasuk juga kemampuan dari masing-masing anggotanya. Anggota akan merasa puas
bila diberi tugas yang wajar tetapi penuh tantangan dan akan merasa tidak puas
bila diberi tugas yang mereka anggap terlalu mudah atau terlalau sukar
dilaksanakan.
11. Mampu
mengambil inisiatif dan pikul tanggung jawab atas segala tindakan yang
dilakukan. Sekalipun tidak ada perintah ataupun instruksi, seorang pemimpin
tetap harus mengembangkan kepemimpinannya. Demikian pula pada suatu waktu ia
harus melakukan tugas yang dikembangkan dari inisiatifnya sendiri yang biasanya
meru-pakan kelanjutan atau penyempurnaan terhadap usaha yang dilakukannya
berdasarkan tugas sebelumnya. Dengan mencari tanggung jawab maka ia berusaha
mengembangkan diri secara profesional dan meningkatkan kemampuan
kepemimpinannya.
Hanya pimpinan sajalah yang tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh kesatuannya. Oleh karena itu ia harus bersedia menerima tegoran, kritik ataupun pujian terhadap apa yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuannya.
Hanya pimpinan sajalah yang tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh kesatuannya. Oleh karena itu ia harus bersedia menerima tegoran, kritik ataupun pujian terhadap apa yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuannya.
Kondisi Kepemimpinan yang diharapkan
Pengetrapan
atau Implementasi kepemimpinan tersebut diharapkan organisasi yang dipimpin
dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga meskipun dalam
sebuah organisasi militer anutan gaya kepemimpinan tidak lagi penuh secara
otoriter dijalanlan oleh seorang pemimpin, dengan pemahaman dan penerapan azaz
kepemimpinan yang benar serta kode etik perwira yang melekat pada diri pemimpin
maka diharapkan akan:
Pemimpin tidak terkesan arogan
Pemimpim
mempunyai visi bahwa memimpin adalah sebagai suatu keahlian seseorang untuk
menggerakan orang lain agar mau melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Seorang
pemimpin dapat membuat anak buahnya melakukan apa saja sesuai kehendaknya
dengan mengancam akan memecatnya, tetapi cara-cara kasar seperti ini merupakan
cara-cara yang sangat dibenci dan tidak sepatutnya karana gaya ini bukan
tindakan kepemimpinan tapi aroganisme. Seorang pemimpin lebih baik membujuk
anak buahnya untuk bekerjasama, karena begitu dia berhasil dibujuk, anak buah
akan tunduk tanpa sadar, jika menakut-nakutinya, anak buah hanya bertahan
selama anak buah takut, setelah itu berakhir. Sangat sering terjadi, seorang
pemimpin tidak mau mempelajari ilmu kepemimpinan hanya karena ia telah menjadi
seorang pemimpin, terlepas dengan cara apa ia berada di situ. Seorang pemimpin
tidak cukup hanya percaya dan yakin bahwa apa yang anda lakukan selama ini
telah benar tanpa mencoba bertanya. Kepemimpinan bukanlah gaya bebas, seorang
pemimpin tidak boleh mengatakan “inilah gaya saya, ikuti saya, masing-masing
kan punya gaya sendiri-sendiri.
Tidak
diperlukan lagi menggerakan anak buah dengan ancaman namun dengan ilmu
kepemimpinan yang merupakan seni. Seorang karena ilmu kepemimpinan adalah seni.
Seorang pemimpin sering mengatakan kepada anak buahnya “kamu masih mau dinas
dengan baik atau ingin saya pecat?”, pertanyaan tersebut mampu menggerakan anak
buah dengan seketika, cara tersebut sampai dengan saat ini masih banyak
ditemukan. Selain itu saat ini pula masih terdapat sikap seseorang pemimpin
yang menganggap rendah, meremehkan, gampang marah tidak mau dikritik dan
memperlakukan orang lain dengan sikap “saya adalah bos” dan anda hanyalah
bawahan, hal ini masih tetap ada dan dirasakan pada bawahan. Ironisnya pemimpin
hanya berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang dilakukan oleh orang-orang
dekatny saja, mereka tidak pernah mengetahui akar permasalahan karena selalu
berada dalam kondisi asimetrik informasi dan tidak mengetahui permasalahan
secara jelas dan informasi seimbang. Suksesnya saorang pemimpin besar tercatat
bahwa mereka bisa menjadi begitu hebat dan mampu mengukir sejarah adalah karena
kebaikan sikap dan perilakunya. Pujian yang baik bagi pemimpin adalah pujian
yang datangnya dari bawahannya, adlah mudah untuk dihormati dan dihargai oleh
orang yang jauh dan jarang melihat kita. Pemimpin seharusnya menjadi pahlawan
bagi atasan sekaligus bawahannya masu ingin saya pecatih, bukan menjadi pahlawan
bagi atasan dengan cara menyakiti dan menghianati bawahannya.
Pemimpin mampu menempatkan diri sebagai
bagian dari organisasi
Setiap
orang memiliki potensi menjadi pemimpin yang baik, efektif, bahagia dan
membahagiakan orang lain. Kecenderungan manusia dibagi menjadi dua jenis yaitu
pemikir dan pekerja, terkadang kita tidak bisa memilih untuk berada dimana.
Tapi beranikah kita memilih pemikir lebih penting daripada pekerja, terkadang
kita tidak bisa memilih untuk berada dimana. Tapi beranikah kita memilih
pemikir lebih penting dari pada pekerja? Mungkin seorang bisa maju terus secara
cemerlang sendirian untuk sementara, tetapi sejarah sukses mencata, kebanyakan
pemimpin menjadi sukses karena didukung oleh tim yang solid. Kita tidak cukup
hanya memiliki inteligensi akademis yang hebat saja, tanpa memiliki inteligansi
sosial yang baik, atau kurang mempunyai kemampuan menjadi pendengar yang baik,
menjaga perasaan orang lain dan siap menerima kritik. Orang yang memiliki
inteligensi sosial tinggi mengakui dan menerima kesalahannya. Mereka mengetahui
bagaimana caranya membina dukungan tim. Pemimpin yang baik sangat faham bahwa
semua orang termasuk bawahan, kalau diperlakukan secara buruk, bisa menyulitkan
pimpinannya. Sebuah organisasi yang mempunyai team work yang baik pada setiap
levelnya, seolah-olah tidak mempunyai pemimpin, karena semua pemimpin telah
menyebar pada setiap level organisasinya.
Tidak mudah Menyalahkan Anggota
Pemimpin
yang benar-benar mampu memimpin akan berkata “saya tidak akan menyalahkan seseorang
yang membuat kesalahan, tapi saya akan minta ia memperbaikinya”. Kegagalan
adalah peluang untuk memulai lagi, dengan lebih cerdas. Semua kesuksesan
berawal dari berani memulai. Orang yang takut gagal tidak akan pernah memulai.
Tak ada satupun orang di dunia ini yang tak pernah melakukan kesalahn. Bawahan
yang baik dan potensial harus tetap di dorong, dihargai dan diberi rangsangan
agar bangkit dengan lebih baik ketika ia melakukan kesalahan. Setiapa orang
pasti memberi respon yang baik terhadap harapan-harapan. Jika pemimpin
memperlakukan bawahannya seolah-olah mereka mampu dan pintar, mereka akan
bekerja dengan lebih baik lagi. Namun demikian pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang tegas, mampu memiliki jiwa pemaaf yang sangat baik, seorang pemimpin
tidak akan membiarkan bawahannya yang bermoral rendah yang dengan sengaja
melakukan tindakan kejahatan.
Tidak memandang rendah bawahan
Pemimpin
harus mulai mencoba mulai memikirkan dengan jernih siapa orang-orang yang
dipimpin. Bukanlah mereka orang-orang yang sudah dewasa, bahkan usianya
melebihi pemimpin? bukankah meraka juga manusia seperti dirinya yang punya
harga diri bahkan pahlawan bagi keluarganya? bukankah mereka juga mempunyai
suatu kelebihan, hanya saja pemimpin tak pernah mengakuinya? setiap bawahan
pasti dapat dijadikan sebagai mitra pimpinan, ia akan muncul esok hariketika
organisasi dipimpin oleh orang yang lebih baik dari diri pemimpin. Haruskah
bawahan yang begitu hebat dan punya harga diri ketika diluar, kemudian
tiba-tiba menjadi dungu bagai anak kecil penuh ketakutan ketika berada di
kantor ? haruskah mereka kehilangan percaya diri dan merasa sangat rendah
ketika berada di kantor, salahkah mereka kalau kemudian bawahan tidak mampu
memberikan yang terbaik bagi organisasi? bukankah dengan begitu pemimpin yang
menjadikan bawahan menjadi kerdil seperti itu ? Pada institusi TNI yang
mengawaki adalah orang-orang pilihan karena menjadi prajurit TNI melalui
seleksi yang sangat ketat, jika mereka tidak produktif tentu ada yang salah
dengan kepemimpinan, dan itu pasti kesalahan dan tanggung jawab para
pemimpinnya. Perlakukan bawahan-bawahan sebagai individu yang perlu dihargai
dan diakui keberadaannya sebagai orang penting serta jangan sekali-kali
meremehkan bawahan. Tempatkan bawahan sebagai manusia terlebih dahulu dan
kemudian sebagai bawahan.
Menghargai dan selalu berpikiran positif
terhadap bawahan
Menghargai
orang lain mempunyai pengaruh besar, mengapa terkadang pemimpin terperangkap ke
dalam kebiasaan merendahkan bawahan? Seorang pemimpin dalam situasi sulit
terkadang menggunakan gaya kepemimpinan yang tak wajar, apakah sikap pemimpin
seperti itu efektif ? karena pemimpin tersebut kecenderungan menyalahgunakan
orang secara verbal dan berusaha menuntut untuk dihargai dengan memerintah
bawahan dan bertindak sewenang-wenang. Bagi seorang pemimpin adalah jauh lebih
efektif meminta bawahannya untuk melihat dirinya sebagai manusia biasa. Jika
pemimpin memperlakukan bawahan dengan baik, mereka tidak akan mempersoalkan
kekurangan-kekurangan yang dimiliki pemimpin. Mereka justru akan memberikan
yang terbaik dari milik mereka demi pemimpinnya.
Meskipun
bawahan dalam TNI lebih rendah dari pemimpin, dalam keterbatasan itu, mereka
sangat mungkin menjalani hidup lebih baik dari pemimpin. Seringkali bawahan lebih
ikhlas dalam melaksanakan tugass, berperilaku sopan, lebih mampu menahan amarah
dan tidak serakah, mereka menyadari dalam kerendahan mereka harus menjalani
hidup dengan benar. Jabatan adalah salah satu kenikmatan duniawi yang
menggiurkan dan menyilaukan karena menjanjikan kewibawaan, dan kekuasaan.
Banyak orang yang berambisi untuk mendapatkannya, walau dengan berbagai cara
yang tidak terpuji dan kadang merugikan orang lain. Setelah jabatan didapat dan
kekuasaan ditangan, ia bebuat sewenang-wenang, tidak ada yang perlu ditakuti
dan tidak ada yang berani memperingatkan. Ia menjadi angkuh, gampang marah,
gampang menyiksa orang, boros dan serakah.
Penutup
Guna mewujudkan suatu
bentuk kepemimpinan TNI yang mampu untuk secara profesional melaksanakan tugasnya,
sehingga dapat mewujudkan citra positif TNI maka perlu adanya suatu proses
pemahaman kepemimpinan TNI. TNI sebagai institusi sekaligus salah satu dari
komponen bangsa, di dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara,
diperlukan figur pemimpin yang mampu secara kualitas untuk mengelola
organisasinya yang memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi unsur-unsur yang
dipimpinnya, bijaksana dan mampu melihat jauh ke depan. Prajurit TNI dalam
melaksanakan suatu bentuk kepemimpinan telah memiliki suatu pedoman yang jelas
yaitu 11 asas kepemimpinan. Dalam realita pelaksanaannya masih banyak terdapat
kekurangan. Perlu adanya suatu komitmen bersama dalam tubuh TNI untuk
melaksanakan 11 asas kepemimpinan tersebut. Wujud dari komitmen tersebut diawali
dari adanya suatu regulasi yang jelas terhadap pola kepemimpinan di TNI. Bila
kesebelas asas tersebut mampu untuk dilaksanakan maka akan tercipta TNI yang
profesional dan dicintai rakyat.
Akhir kata dengan
berpegang teguh kepada 11 azaz kepemimpinan, kode etik Perwira dan junjung
tinggi Sumpah Prajurit, Sapta Marga, serta Delapan Wajib TNI di setiap
penugasan. Dan tampilkan keteladanan dalam sikap dan tindakan serta pertajam
kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap kesulitan-kesulitan anak buah
dan dapat menempatkan diri sebagai sosok pemimpin yang dipercaya dan
menjadi panutan anak buah. Dengan semakin berkembangan yang ada sekarang ini
maka seorang pemimpin harus punya sifat-sifat kepemimpinan yang dapat
diterapkan di satuannya dan anak buahnya sehingga akan terjalin kerja sama
untuk mencapai tujuan dinginkannya serta dapat mengikuti perkembangan jaman
baik di dalam satuannya maupun dalam lingkungannya.
Referensi:
Walujo, D. A., & Subijantoro, D. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Walujo, D. A., & Subijantoro, D. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
.
snow peak titanium spork - TITanium Arts
ReplyDeletesnow nier titanium alloy peak titanium titanium trimmer as seen on tv spork titanium engagement rings - 2020 ford ecosport titanium TITanium Arts - TITanium Arts. Online. TITanium Arts is titanium necklace mens a music company based in T-Mobile, and