Monday, September 8, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK DAN MENEMBAK PRAJURIT TNI AD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK DAN MENEMBAK PRAJURIT TNI AD

Beberapa tuntutan dari profesionalisme prajurit TNI yang harus senantiasa untuk dijaga meliputi aspek keterampilan teknik, aspek keterampilan taktik, dan aspek fisik, serta tak kalah pentingnya adalah aspek non teknik guna mendukung profesionalisme prajurit. Salah satu aspek keterampilan teknik adalah menembak, Prajurit dituntut memiliki kemampuan menembak di segala keadaan medan dan situasi dengan respon dan akurasi yang tinggi, tuntutan pada keadaan ini prajurit tersebut harus terlatih dan dapat menguasai situasi yang muncul secara tiba-tiba dan memilki kemampuan menembak dengan sasaran bergerak serta dapat memperkirakan perkenaan terhadap kemampuan lari lawan di daerah hutan maupun pegunungan.

Kegiatan menembak berhubungan erat dengan aspek fisik dimana Kegiatan menembak, sesungguhnya membutuhkan proses yang teliti mulai dari membuat gambar bidik, mengatur nafas dan menentukan ritme untuk menarik picu sehingga peluru lepas dari senapan menuju sasaran yang dituju sesuai keinginan kita. Untuk melakukan proses tersebut, dibutuhkan persiapan  fisik,   mental   dan   keahlian   khusus   untuk   melakukan kegiatan menembak tersebut. Setelah rangkaian kegiatan tersebut selesai, senjata yang kita pakai juga harus dibersihkan dan diperlakukan sesuai dengan standar perawatannya agar mekanisme kerja senapan tetap terpelihara dengan baik.
Kriteria yang harus diperhatikan agar menjadi petembak yang handal:
1. Kesehatan jiwa, merupakan syarat utama dan mutlak untuk dipenuhi karena seorang petembak harus mampu bertanggung jawab atas profesinya karena dia mengawaki dan mengendalikan penggunaan senjata dan munisinya yang apabila disalahgunakan dapat membahayakan keselamatan diri maupun orang lain. Seorang petembak yang kesehatan jiwanya terganggu akan cenderung menyalahgunakan senjatanya manakala dia  mendapatkan tekanan masalah yang tidak dapat dia pecahkan dan mencari penyelesaian sendiri dengan menyalahgunakan senjatanya. Kesehatan jiwa adalah faktor yang paling dominan dan vital bagi petembak, karena aspek ini merupakan bawaan dasar manusia sejak dia dilahirkan.
2. Kesehatan  fisik.  Yang  dimaksud  sehat  fisik  disini  adalah, bahwa seorang petembak dituntut untuk memiliki fisik yang tidak cacat,  organ  tubuhnya  bisa  digerakkan  dan  difungsikan  dengan normal  dan  tidak  memiliki  penyakit  dalam  yang  bersifat  fatal. Seorang  petembak  tidak  harus  memiliki  bakat  “fisik  yang  kuat” karena   kekuatan   dan   ketahanan   fisik   bisa   dilatihkan   asalkan petembak tersebut memiliki dasar kesehatan yang baik.
3. Bakat. Untuk jadi petembak yang baik memang dibutuhkan bakat, tetapi bakat bukan segalanya karena walaupun seorang petembak tidak memiliki bakat yang baik, tapi bila dia memiliki keinginan yang kuat dan mau berlatih keras hasil akhirnya akan sama dengan petembak berbakat tetapi dia tidak memiliki keinginan yang kuat  untuk  maju  dan  berlatih  keras.  Memang  petembak  yang berbakat dan memiliki keinginan kuat untuk maju akan dapat mencapai hasil yang lebih cepat dibandingkan dengan yang kurang berbakat. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa petembak berbakat dan yang biasa-biasa memang beda, tetapi hasil akhirnya akan sangat tergantung  pada  motivasi  dan  seberapa  besar  kemauan  mereka untuk berlatih keras mencapai kemajuan yang diharapkan.
4. Motivasi. Yang diharapkan disini adalah seorang prajurit yang memiliki   motivasi   dan   semangat   untuk   berlatih   dan   menjadi petembak yang mahir dan handal. Motivasi terbaik adalah keingianan yang lahir dari dalam diri seorang petembak, yang dengan kesadaran dan dorongan dari dirinya  sendiri ingin maju meraih prestasi terbaik. Apabila didapatkan seorang petembak yang baik tetapi kurang memiliki motivasi tinggi, maka menjadi tugas pelatih, atasan atau rekan untuk membantu memberikan motivasi agar semangat petembak tersebut tetap tinggi dan terpelihara untuk terus meningkatkan diri menjadi yang terbaik di bidang menembak.
5. Disiplin.  Seorang  petembak  diharapkan  memiliki  disiplin tinggi dalam mengatur waktu untuk dirinya, mulai dari kapan harus latihan,  istirahat,  makan,  pembinaan  fisik,  dan  disiplin  terhadap semua ketentuan dan perintah atasan. Petembak yang disiplin akan mudah dibentuk untuk mencapai kemajuan dalam hal menembak seperti yang diharapkan karena dia cenderung untuk mudah mengikuti aturan. Kelima kriteria yang disebutkan diatas semuanya saling berkaitan dan diharapkan semuanya memenuhi standar “baik” bahkan kalau perlu diatas rata-rata prajurit kebanyakan karena kalau salah satu aspek dari lima kriteria tersebut jelek atau kurang, maka hasil akhirnya tidak akan maksimal.
Beberapa hal yang Harus diperhatikan guna peningkatan kemampuan fisik dan menembak meliputi:
1. Persiapan Yang Cukup
a. Olahraga.  Untuk  melatih  pernafasan  para  petembak sering melakukan olah raga, seperti: bola voli, sepak bola, jogging (lari),  senam  yoga,  berenang dan  menyelam  di  dalam  air  selama mungkin.
b. Memperhatikan pola makan
1) Pola makan harus teratur setiap harinya.
2) Jangan  telalu  banyak  makan  karena  kondisi  tubuh harus terus dijaga untuk mencegah kegemukan.
3) Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak, perbanyaklah makan buah untuk menunjang stamina.
4) Jangan terlalu sering makan makanan pedas.
5) Usahakan   mengkonsumsi   makanan   yang   banyak mengandung vitamin dan karbohidrat. Dianjurkan yang banyak mengandung serat dan vitamin A (vitamin yang baik untuk  mata/pengelihatan), sebagai  contoh:    umbi-umbian, kentang, daging dan wortel.
6) Sebelum menembak, makan makanan yang tidak mengandung  daging  dan  diperbolehkan  makan  daging  3 (tiga)  jam  sebelum pelaksanaan menembak karena proses pencernaan daging yang lebih lama dibandingkan dengan makanan lainnya
c. Memperhatikan Pola istirahat :
1) Istirahat  harus  diperhatikan  bagi  para  petembak, jangan tidur terlalu malam agar di pagi hari kondisi tubuh menjadi segar.
2) Laksanakan istirahat secukupnya pada waktu malam hari sekurang – kurangnya 6 jam dan pada siang hari + 30 menit atau maksimal  + 8 (delapan)  jam sehari.       Apabila siang hari melaksanakan istirahat, jangan langsung melaksanakan kegiatan menembak.  Usahakan tubuh dalam kondisi stabil terlebih dahulu setelah itu baru melaksanakan latihan menembak.
3) Untuk istirahat minimal tidur malam jam 10.00 dan jangan merubah kebiasaan. Tidur terlalu cepat juga dapat mengakibatkan terbangun pada malam hari dan sulit untuk tidur lagi sehingga dapat mengurangi waktu tidur dan mengganggu pola istirahat.
2. Mempersiapkan Senjata
a. Penyiapan  senjata  dimulai  dari  laras  senjata  yang  baik, peralatan picu, cek semua mekanik/bagian yang bergerak   apakah ada yang rusak/patah.
b. Apabila menggunakan teleskop dicek terlebih dahulu apakah ada ada goyangan yang dapat mengakibatkan perubahan hasil perkenaan.
c. Laras yang masih dalam kondisi bagus   atau alurnya masih bagus apabila ditembakkan perkenaannya akan mengelompok.
d. Sebelum digunakan untuk menembak,  usahakan laras kering tidak ada minyak sama sekali.
e. Jangan lupa membersihkan senjata setiap hari agar senjata yang dipakai mempunyai perkenaan yang akurat.
f. Setelah senjata selesai digunakan  bersihkan kembali senjata, lumuri pelumas secukupnya pada saat senjata akan digudangkan.
3. Mempersiapkan Perlengkapan Perorangan Lainnya
a. Penggunaan   kopel,   draghrim   dan   sling   jangan   sampai mengganggu pada waktu berada di garis tembak.
b. Perlengkapan yang digunakan dari ujung kaki hingga kepala harus dapat digunakan senyaman mungkin.

4. Memperhatikan waktu berlatih
a. Berlatih bisa dengan cara basah atau kering.
b. Yang  dimaksud  dengan  latihan basah adalah latihan menembak dengan menggunakan peluru tajam. Sedangkan latihan kering adalah dengan melaksanakan latihan acu bidik ataupun drill.
c. Minimal   setiap    hari    harus   memegang   senjata   untuk mengenali picu ataupun pegangannya.
d. Harus sering melatih bidikan dan tekanan/tarikan picu yang sempurna.
e. Latihan  yang  dimulai  pada    pagi  sampai  menjelang  siang ditujukan untuk mencari koreksi senjata yang benar, dilanjutkan pada sore harinya untuk mencari perkenaan yang sesuai di sasaran.
f. Pelaksanaan  latihan  normalnya  dilaksanakan  pada  pukul 08.00 pagi karena kabut sudah tidak ada serta kelembaban udara mulai berkurang.
g. Sore  hari  dapat  dilanjutkan  dengan  pembinaan  fisik  atau olahraga.


5. Mengatasi Keraguan Pada Saat Menembak
a. Pada  dasarnya  keraguan  tidak  akan  terjadi  apabila  setiap petembak memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri.
b. Berupaya untuk benar-benar mengenal karakteristik  senjata yang digunakan.
c. Berupaya memahami kondisi alam/lapangan tembak.
d. Berupaya  untuk  memahami  materi  yang  akan  dilatihkan/ dilombakan.
e. Jangan   hanya   mencari   nilai   yang   baik   tetapi   mencari bagaimana caranya dapat membuat dan mempertahankan gambar bidik yang benar.
f. Hindarkan kesalahan di setiap jarak.
g. Konsentrasi penuh.
h. Percaya pada alat/senjata yang digunakan.
i. Lari-lari  kecil  dapat  menstabilkan  jantung,  jantung  akan berdenyut teratur dan keraguan akan hilang dengan sendirinya.
6. Memperhatikan Teknik  Menembak  dengan  NABITEPI  (Pernafasan,  Bidikan  dan Tekanan Picu)
a. Bidikan
1) Dasar pisir dan pejera harus benar-benar sama untuk memperoleh hasil bidikan yang sempurna.
2) Hindarkan terjadinya goyangan dengan cara tangan jangan memegang senjata terlalu keras.
3) Posisi senjata bisa dirubah/digeser ke kanan, ke kiri, ke atas atau ke bawah akan tetapi posisi pisir dengan pejera tetap harus diperhatikan.
4) Pertahankan  gambar  bidik  yang  sempurna  sampai saat meletusnya senjata.
5) Memperhatikan Gambar bidik dan Jarak Gambar Bidik
b. Pernafasan
1) Pengaturan pernafasan dioptimalkan setelah gambar bidik sudah terbentuk.
2) Setelah menarik nafas secara penuh kemudian tahan nafas,  selanjutnya  buang  secara  perlahan  sebesar seperempat (25%) sambil menekan picu.
3) Pelihara keteraturan penarikan nafas.
4) Apabila nafas tidak panjang maka akan mengganggu saat penembakan yang menimbulkan goyangan (senjata berputar) saat menembak.
5) Pada saat kita menembak cepat dengan waktu yang sempit kita harus bisa menembakkan sebanyak 5 butir peluru dalam satu nafas atau lebih.
c. Tekanan Picu
1) Picu mulai ditekan setelah gambar bidik terbentuk.
2) Tekan   picu    menggunakan   jari    telunjuk   secara perlahan sampai senjata meletus dengan sendirinya.
3) Hindari terjadinya goyangan dengan teknik meremas picu yang benar.
4) Jangan sampai ada penambahan tenaga pada pertengahan tekanan picu, tekanan awal sampai senjata meletus harus tetap sama tekanannya.    Diibaratkan seperti menarik gas pada sepeda motor, apabila terjadi penambahan tenaga mendadak akan mengakibatkan sepeda motor itu meloncat, sama halnya juga dengan senjata/pistol pasti akan goyang.
5) Tidak   boleh   ragu   untuk   mengambil   keputusan terutama  dalam  menembak cepat,  tekanan picu  ke-2  dan seterusnya jangan ragu-ragu.

Upaya yang dilakukan guna meningkatkan kemampuan fisik dan menembak
a. Berlatih Fisik
Kemampuan fisik yang diinginkan dari seorang petembak adalah: harus memiliki daya tahan terhadap segala macam cuaca; dari mulai hujan, panas, dingin, maupun angin. Hal lainnya adalah kemampuan untuk dapat menahan nafas lebih lama dalam kondisi fisik yang stabil serta memiliki kelincahan dalam melaksanakan gerakan-gerakan tertentu, berjalan dan berlari. Untuk menjadi petembak yang baik, diperlukan kondisi fisik yang kuat dan segar agar selama melaksanakan kegiatan, petembak tidak kelelahan dan kehabisan tenaga. Kondisi fisik yang tidak prima sangat berpengaruh  pada   saat   akan   melaksanakan  penembakan,  oleh karena itu kebugaran fisik merupakan syarat utama bagi petembak. Untuk mendapatkan kondisi fisik yang prima, berikut diberikan beberapa jenis latihan yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan fisik petembak agar didapatkan kondisi fisik yang diharapkan:
1) Melakukan Latihan rutin untuk mendapatkan ketahanan fisik, kecepatan dan kelincahan gerakan.
fisik,  dapat  diperoleh dengan melaksanakan   joging   selama   30 menit (maksimal) yang dilakukan pada cuaca yang berbeda (pagi, siang, sore, hujan ataupun panas) diselingi lari cepat (sprint) dengan berlari jinjit dengan jarak 100 M dengan tekanan/tarikan nafas 4/5 kali sampai jarak 100 M. Untuk mendapatkan kelincahan gerakan, dianjurkan untuk melakukan   permainan   yang   tidak   menggunakan   tangan sebagai  alat  utamanya seperti  bola  voli. Permainan yang dianjurkan adalah sepak bola, futsal, polo air, dan berenang selama + 45-60 menit.
2) Melakukan Latihan untuk menguatkan otot
dapat dilaksanakan dengan latihan beban, push up dan sit ups agar otot-otot motorik  yang  digerakkan  selama  pelaksanaan  menembak senantiasa   siap   untuk   menunjang kegiatan  menembak.  Latihan penguatan otot  juga  ditujukan agar otot tangan menjadi kuat sehingga memiliki pegangan teguh saat memegang senapan.
3) Melakukan Senam   untuk   peregangan   otot   sebelum melaksanakan kegiatan menembak
agar otot-otot petembak siap untuk melaksanakan kegiatan menembak. Petembak biasa melaksanakan “senam petembak” yang gerakan- gerakannya ditujukan untuk mendapatkan kelincahan tangan dalam menarik picu dan senam mata untuk melatih kelincahan dan ketajaman mata.
b. Melakukan Latihan Pernafasan  Petembak
Langkah-langkah  dalam melatih pernafasan petembak dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1) Drill pernafasan  tanpa   menggunakan senjata/sebelum menembak
2) Drill  pernafasan menggunakan  senjata/saat menembak
Untuk melatih petembak agar memiliki ketahanan nafas yang stabil dapat dilaksanakan latihan berenang sambil menyelam, bermain sepak bola dan senam yoga.
c. Berlatih Teknik   Membidik
Teknik membidik yang baik sangat diperlukan oleh para petembak agar peluru yang ditembakkan dapat mengena di sasaran sesuai yang kita inginkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melatih petembak dalam tehnik membidik antara lain:
1) Teknik   membidik   dilakukan   dengan   memadukan dasar pisir dan dasar pejera sampai membentuk gambar bidik dan diluruskan ke sasaran.
2) Penempatan  gambar  bidik  di  sasaran,  tergantung pada jarak penembakan karena setiap jarak tembak memiliki penempatan gambar bidik yang berbeda di sasaran.
3) Dasar pisir dan pejera harus benar-benar sama untuk memperoleh hasil  bidikan yang  sempurna oleh  karena itu dalam  membidik,  ketelitian  sangat  diperlukan  agar  kita mampu  mempertahankan  gambar  bidik  yang  sudah terbentuk sempurna.
4) Gambar bidik harus tetap dipelihara dan dan dipertahankan karena selama gambar bidik sempurna sampai kita menarik picu maka peluru akan dapat mengenai sasaran sesuai bidikan.
5) Bidikan   saat   menembak   harus   selaras   dengan pengaturan nafas  diikuti  oleh  konsentrasi penuh,  disinilah kunci ketepatan dalam menembak sasaran.
6) Memperhatikan gambar bidik, senjata dan berbagai jarak bidik

d. Berlatih Tekanan/Tarikan Picu.
1) Untuk tekanan/tarikan picu, petembak   harus mengerti karakteristik senjata yang petembak gunakan sehingga mereka   tahu persis kapan peluru akan meledak agar petembak tidakterkejut saat peluru meledak. Beberapa hal yang harus  diperhatikan dalam  melatih  tekanan/tarikan picu  petembak antara lain:
a) Jari  yang  digunakan  saat  menarik  picu  tergantung pada kebiasaan, bisa menggunakan telunjuk atau jari tengah, yang  lazim  dipakai adalah jari  telunjuk dengan alasan jari telunjuk memiliki tenaga paling besar terutama bila picu diletakkan di ruas tengah dari jari telunjuk.
b) Picu  yang  ditarik  dengan ruas  tengah  jari  telunjuk posisinya kokoh, berbeda dengan tekanan/tarikan picu yang dilakukan dengan menggunakan ujung jari telunjuk, tekanan/tarikan picu tidak stabil dan ada kemungkinan jari tergelincir.
c) Pada senapan yang masih memiliki perangkat picu yang  masih  standar, pada  saat  ditarik,  umumnya  picu memiliki tiga tahapan sampai terjadinya ledakan munisi, cara menarik picu adalah laksanakan tekanan/tarikan awal, tarik 2/3 tekanan/tarikan, buat gambar bidik yang sempurna, tarik tahap  ketiga  dengan  halus  sampai  kita  tidak  merasakan kapan peluru meledak.
d) Tekanan/tarikan/tekanan    picu     harus     konsisten dimana tekanan awal sampai senjata meledak harus tetap sama tekanannya. Saat menarik picu kita tidak boleh ragu- ragu untuk mengambil keputusan sesuai dengan ritme tekanan/tarikan pertama sampai terjadi letusan.
e. Memperhatikan Waktu Berlatih
1) Waktu  latihan  terbaik  untuk  berlatih  adalah  pada siang hari baik di waktu pagi, siang maupun sore untuk menyesuaikan dengan kondisi cuaca pada keadan tersebut.
2) Tidak dianjurkan untuk melaksanakan latihan pada saat     hujan     karena     dapat merusak senjata dan lesan, saat angin kencang latihan menembak juga tidak efektif karena tiupan angin sangat berpengaruh pada lintasan peluru sehingga perkenaan peluru seringkali meleset dari bidikan.
3) Petembak harus melakukan latihan setiap hari agar dapat melatih pernafasan, bidikan dan tekanan/tarikan picu sehingga terbiasa dengan mekanisme penembakan tersebut.
4) Normalnya latihan pada pagi hari dimulai pada jam 08.00   sampai   menjelang   siang    untuk  melatih teknik menembak. Siang harinya gunakan waktu untuk mencari perkenaan di sasaran yang sesuai dengan latihan menembak pada pagi harinya. Sore hari dilanjutkan dengan pembinaan fisik.
f. Menyiapkan Senjata bagi Petembak
1) Untuk menyiapkan senjata yang digunakan oleh para petembak  diawali dengan  mengecek kerja mekanik senjata, memilih laras yang masih memiliki alur yang masih utuh dan bagus, kemudian memodifikasi picu  agar  dapat  digunakan dengan seenak mungkin tanpa menyalahi aturan beratnya tekanan/tarikan  picu  sehingga  dalam  tidak  ada  masalah dalam menembak.
2) Jangan   lupa   membersihkan   senjata   setiap   hari setelah senjata selesai dipakai dan olesi pelumas sebelum senjata digudangkan tetapi pada saat akan memulai menembak usahakan laras kering, tidak ada minyak didalamnya karena percikan minyak saat peluru meledak dapat membahayakan mata.

g. Cara mengatasi keraguan pada saat berlatih/berlomba (mentalitas).
1) Untuk melakukan dan mengatasi keraguan pada saat lomba,  dapat  dilakukan  dengan  pemberian  motivasi  dan dorongan semangat dari komandan, pelatih maupun teman.
2) Untuk   menghindari   gangguan   pikiran   saat   akan menembak,   apabila   ada   masalah   segera   diselesaikan. Begitupun komandan atau pelatih jangan memberikan beban atau  target  yang  melebihi  kemampuan  petembak  karena akan membuat petembak tertekan, merasa terbebani dan tegang.
3)  Cara   lainnya   yang   juga   efektif   adalah,   harus ditanamkan kepada petembak bahwa keyakinan pada diri sendiri dan ia mengerti betul semua tindakan yang akan dilakukan, memahami betul senjatanya, situasi lingkungan, cuaca, medan dan materi yang akan dilaksanakan dan serta memahami betul kemampuan pribadinya.
4) Sedapat  mungkin  petembak  diarahkan  untuk memusatkan pikiran bahwa lomba sama dengan latihan sehari-hari sehingga pikiran tidak tegang dan anggaplah bahwa pihak lawan adalah teman sendiri pada saat melaksanakan latihan sehari-hari.
5) Prinsipnya  jangan   ingin   mencari   nilai   yang   baik sehingga petembak menjadi tegang tetapi tetap kontrol diri, yakinkan petembak bahwa gambar bidik yang dibuat sudah benar dan upayakan tidak ada kesalahan sama sekali dalam setiap penembakan.
Ada beberapa kegiatan sebelum melaksanakan lomba yang bisa menghilangkan       keraguan Contoh:   berdoa, membayangkan    gerakan yang akan dilaksanakan dan lari-lari kecil untuk menstabilkan denyut jantung, kalau denyut jantung sudah normal maka keraguan itu pasti akan hilang dengan sendirinya.
h. Memperhatikan cara memperlakukan senjata
1) Perawatan  senjata  harus  dilakukan  dengan  rutin. Membersihkan senjata pada saat akan menembak dan setelah menembak. Bagian-bagian penting yang harus dibersihkan adalah bagian bergerak (mekanik), olesi minyak tipis untuk menjamin kelancaran gerak. Begitupun bagian laras harus tetap bersih agar tidak terjadi gangguan saat menembak.
2) Memperhatikan keamanan saat membawa atau menyimpan senjata supaya tidak merubah kedudukan pisir atau pejera yang sudah disesuikan dengan kebiasaan penembak.
3) Hal terpenting dalam memperlakukan senjata adalah mengenal betul senjata tersebut dengan cara membiasakan petembak  untuk  membongkar,  membersihkan  dan memasang senjatanya sendiri sehingga petembak betul-betul mengenal dan mencintai senjatanya.
Demikian upaya peningkatan fisik dan menembak ini di tulis dengan  harapan  agar  dapat  memberikan masukan kepada seluruh prajurit maupun pelatih guna meningkatkan kemampuan   menembaknya.   Tidak   ada   salahnya   untuk   terus menggali pengetahuan dari siapapun, sehingga kita selalu memiliki pembanding dalam menimba ilmu. Ada istilah “diatas langit masih ada langit,” begitupun dalam belajar menembak, mungkin saja ada teori atau referensi lain yang lebih baik dari sekedar panduan ini, maka ambillah apa yang baik dari buku ini dan abaikan bagian yang tidak baik agar kita senantiasa kaya dengan ilmu-ilmu yang baik dan benar.
Akhir kata semoga karya sekecil apapun kerja kita dengan apa  yang  kita  miliki  dan  dimanapun kita  berada, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan jalan terbaik kepada kita dalam mengabdikan diri sebagai prajurit TNI AD.

Dr. H. Rumadi, SE., SH., M.Hum
Pembantu Letnan Satu
NRP 557662
Bati Seldik Urbinkar Siminperspra Ajendam V/Brw







No comments:

Post a Comment

Sudah Saatnya Dilakukan Deradikalisasi di Tubuh TNI-Polri

D. Jarwoko Peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto oleh anggota Jamaah JAD di Menes, Pandeglang beberapa hari lalu setidaknya membua...